Site icon SainsPop

Kenapa kambing bau?

kenapa kambing bau

(Tulisan dibawah ini pertama kali dipublikasikan di Pustaka Sains pada tanggal 4 Januari 2016)

Pernah dekat-dekat dengan kambing? Atau pernah makan daging kambing? Kalau pernah, pasti tidak asing lagi dengan baunya yang unik. Bau inilah yang menyebabkan sebagian orang enggan makan daging kambing, apalagi foto bareng salah satu diantaranya. Tapi tahukah anda kalau bau kambing ini mengadung sisi romantis, setidaknya bagi kambing.

Sisi romantis tersebut disebabkan oleh senyawa yang bernama 4-etiloktanal, suatu senyawa yang terdiri dari rantai karbon bercabang yang mengandung gugus aldehid [1]. Senyawa ini hanya diproduksi oleh kambing jantan pada kulit kepalanya. Dan uniknya, 4-etiloktanal merupakan sebuah feromon yang dapat mengaktifasi hormongonadotropin-releasing hormone (GnRH) pada kambing betina sehingga dapat menstimulasi sistem reproduksinya. Artinya, ketika kambing jantan mengeluarkan senyawa 4-etiloktanal, terjadi reaksi berantai pada otak kambing betina yang menciumnya. Reaksi berantai ini memicu terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur ke tuba falopi untuk dibuahi).

Ketika terpapar ke udara, 4-etiloktanal dapat mengalami oksidasi dan berubah menjadi asam 4-etiloktanoat, suatu asam lemak bercabang (Gambar 1) [2]. Senyawa inilah yang membuat kambing berbau kambing. Jadi, dengan mengeluarkan senyawa 4-etiloktanal, kambing jantan dapat memikat hati kambing betina dan memacu “gairah“-nya pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, lain kali ketika anda berdekatan dengan kambing, ingatlah ada sisi romantis di balik baunya yang unik.

Bagaimana dengan daging kambing yang juga berbau sama? Penelitian lain menyebutkan bahwa bau khas pada daging kambing tersebut disebabkan oleh senyawa asam 4-metiloktanoat [3], suatu asam lemak bercabang mirip dengan asam 4-etiloktanoat tapi kehilangan satu atom karbonnya. Dengan pemrosesan yang benar, bau ini dapat dihilangkan. Misalnya dengan membuang lemak berlebih dan menambahkan perasan lemon atau potongan buah nanas pada daging kambing yang akan dimasak.

 

Referensi:

[1] K. Murata et al., “Identification of an olfactory signal molecule that activates the central regulator of reproduction in goats.,” Curr Biol, vol. 24, no. 6, pp. 681–6, Mar. 2014. [PubMed]
[2] T. Sugiyama, H. Sasada, J. Masaki, and K. Yamashita, “Unusual Fatty Acids with Specific Odor from Mature Male Goat,” Agricultural and Biological Chemistry, vol. 45, no. 11. Informa UK Limited, pp. 2655–2658, Nov-1981. [Source]
[3] E. Wong, C. B. Johnson, and L. N. Nixon, “The contribution of 4-methyloctanoic (hircinoic) acid to mutton and goat meat flavour,” New Zealand Journal of Agricultural Research, vol. 18, no. 3. Informa UK Limited, pp. 261–266, Aug-1975. [Source]
Exit mobile version