Site icon SainsPop

Benarkah Air Tak Memiliki Rasa?

rasa air

rasa air

Kita bisa menikmati berbagai macam jenis makanan ketika lebaran kemarin itu berkat lidah kita yang bisa membedakan berbagai jenis rasa. Contohnya, ketika minum sirup, dengan serta merta lidah kita akan merasakan manis. Ketika makan kastengel, maka rasa asin yang kita rasakan. Begitu pun rasa yang lain seperti kecut, pahit, dan gurih, lidah kita dapat merasakan dan membedakannya. Sensasi rasa yang lidah kita terima tersebut terjadi karena di permukaan lidah tersebut banyak terdapat sel-sel penerima rasa (taste receptor cells, TRCs). Dan sejauh ini, ilmuwan telah menemukan jenis-jenis sel pengecap pada lidah yang secara spesifik dapat mengecap rasa dasar seperti manis, kecut, pahit, asin, dan gurih. Sel-sel pengecap ini terkumpul pada kuncup perasa yang berada pada papila, tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah.

Bagaimana dengan air? Apakah air memiliki rasa? Orang bilang kalau air tidak berasa karena tidak memiliki rasa yang disebutkan tadi. Benarkah?

Penelitian terbaru membuktikan kalau ternyata air memiliki rasa [1]. Kok bisa? Untuk menjawab ini, para peneliti dari CALTECH (California Institute of Technology, USA) berhipotesis bahwa jika lidah bisa mengecap rasa air, maka harus memenuhi dua kriteria berikut: pertama, respon rasa terhadap air tersebut harus melalui sel pengecap spesifik pada kuncup perasa, dan yang kedua, aktivasi jalur pengecap ini harus terjadi karena adanya asupan air dari luar, bukan karena air liur.

Untuk menguji hipotesis tersebut, mereka melakukan percobaan terhadap sistem pengecap tikus. Caranya, mereka menginaktivasi sel-sel pengecap rasa manis, pahit, asin, gurih, dan asam secara bergantian. Ketika rasa manis, pahit, asin, dan gurih diinaktivasi, tikus tersebut masih bisa merespon asupan air. Artinya, tikus tersebut masih bisa mengecap rasa air. Akan tetapi, ketika sel pengecap rasa asam diinaktivasi, tikus tersebut tidak bisa lagi merespon asupan air kemulutnya. Sebagai kontrol, peneliti memberikan minyak silikon, cairan mirip air. Ternyata ketika diberi caira ini, sel pengecap asam pada lidah tikus tersebut tidak teraktivasi.

Untuk membuktikan lebih lanjut kalau sel pengecap rasa asam memang berperan untuk mengecap air, para peneliti tersebut menggunakan teknik yang disebut optogenetik. Teknik ini memungkinkan mereka untuk menstimulasi sel pengecap rasa asam dengan cahaya, bukan dengan air. Caranya, mereka memodifikasi sel pengecap asam pada lidah tikus sehingga bisa teraktivasi jika disinari dengan cahaya biru. Kemudian, mereka mengganti botol air di kandang tikusnya dengan botol yang dapat memancarkan sinar biru ketika tikus tersebut menyentuhnya. Hasilnya, ternyata tikus yang kehausan akan menyentuh botol yang dapat memancarkan sinar, dan menjilati botol tersebut, seakan-akan tikus tersebut sedang minum air. Walaupun tidak terhidrasi dan tidak menghilangkan rasa haus, tikus tetap menjilati botol cahaya.

Percobaan diatas tersebut membuktikan jika sel pengecap rasa asam juga berperan dalam mengecap rasa air. Bagaimana mekanismenya? Salah satu kemungkinannya adalah asupan air ke mulut/lidah akan mencuci air liur yang melapisi kuncup perasa sehingga terjadi perubahan pH di daerah tersebut. Sebagai catatan, air liur memiliki pH netral sampai sedikit basa [2]. Perubahan pH ini artinya terjadi perubahan keasaman sehingga sel reseptor asam teraktivasi.

 

Referensi:

[1]         D. Zocchi, G. Wennemuth, and Y. Oka, “The cellular mechanism for water detection in the mammalian taste system,” Nat. Neurosci., vol. 20, no. 7, pp. 927–933, Jul. 2017.

[2]         S. Baliga, S. Muglikar, and R. Kale, “Salivary pH: A diagnostic biomarker,” J. Indian Soc. Periodontol., vol. 17, no. 4, p. 461, Jul. 2013.

 

Exit mobile version