Site icon SainsPop

Sherlock Holmes: Pembunuhan di Tambang Kapur Tua (Part 1)

“Ini sangat membingungkan, tuan Holmes,” kata Inspektur Tobias Gregson. “Bishop ditemukan di tambang batu kapur tua di sebuah ruangan kecil, terkunci dari luar. Dia mati tergelepar, tapi tanpa memar, luka, atau tanda kekerasan lainnya.”

“Sangat aneh memang” jawab Sherlock Holmes. “Tapi walau bagaimanpun, ini merupakan sebuah kasus pembunuhan.”

“Saya juga berpendapat demikian.” Inspektur Gregson, seorang polisi Scotland Yard dengan postur tubuh tinggi dan berambut pirang, mengambil buku catatan yang ada di tas kerjanya ketika dia dan Holmes bergerak menuju kursi di seberang meja brandy kami di Baker Street 221B, saling berhadapan. Holmes berpandangan kalau Gregson adalah orang paling cerdas di Scotland Yard dan kolaborasi mereka ditandai dengan rasa hormat satu sama lain, hal yang tidak biasa Holmes lakukan terhadap saingan berat Gregson, Inspektur LeStrade.

“Bishop adalah salah satu pekerja terakhir di tambang tua itu, tuan Holmes. Waktu itu mereka akan diberhentikan dan entah Bishop atau …” dia membuka buku catatannya… “salah satu dari teman kerjanya, Elmer Dunbar atau John Mackenzie, yang akan dipecat.”

“Apakah anda sudah berbicara dengan Dunbar dan Mackenzie?” Holmes bertanya.

“Tentu,” Gregson menjawab. “Kami mengunjungi rumah Dunbar pagi ini. Dia memelihara banyak ular, semua jenis ular!” Gregson bergidik jijik.

Aku merasa perlu untuk menyela. “Nuansanya seperti kasus The Speckled Band, Holmes! Kita mungkin membutuhkan klub kita lagi dalam penyelidikan ini.”

Holmes mengacuhkanku. ”Apa yang anda pelajari dari Mackenzie?”

”Selain pekerjaannya di pertambangan, dia menjalankan bisnis yang agak aneh di rumahnya,” kata Inspektur Gregson. ” Ketika berkunjung ke rumahnya, kami menemukan beberapa botol bertuliskan Acidum Aceticum Glaciale.”

”Asam asetat glasial,” kata Holmes sambil bersandar pada kursinya. ”Zat berbau menyengat dan cukup korosif bagi daging manusia. Namun, zat itu sangat berguna untuk menghilangkan kutil dan tahi lalat.”

“Betul,” kata Inspektur dengan nada kaget. “Dia punya plang di pintunya yang menunjukkan bahwa dia melakukan bisnis itu – jasa menghilangkan kutil dan tahi lalat.”

”Bagus Scott,” kataku. ”Apa kamu berpikir jika Mackenzie menyiramkan asam asetat glasial ke kawan kita yang malang itu?”

Holmes melayangkan pandangan kesal ke arahku. ”Sahabatku Watson, aku harus mengingatkanmu kalau Bishop tidak memiliki tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Aku pikir akan lebih bagus jika kita merumuskan sebuah teori setelah semua fakta-fakta yang relevan diketahui dan bukan sebelumnya.”

Holmes kembali berbalik menghadap Inspektur. “Apa lagi yang telah anda lakukan, Inspektur? Ceritakan semuanya pada kami.”

”Bishop punya satu teman, tuan Holmes, kenalan sebetulnya; tuan Burke Lyons. Dia seorang produsen cuka dan minyak makanan di Wellington Street. Sepertinya Lyons berhutang pada Bishop; keduanya terlibat perjudian. Tak terbayangkan olehku apa yang menyebabkan Bishop terbunuh di ruang terkunci itu, tuan Holmes, apalagi mencari siapa pelakunya. Saya akan sangat berterimakasih jika anda dan Dr. Watson dapat berkunjung ke pertambangan dengan saya untuk meninjau kembali TKP.”

“Dengan senang hati, Inspektur.” Holmes menjawab dengan riang. “Watson dan saya sedang berada pada titik jenuh terdalam, bukan begitu, Watson? Unsur kriminal London saat ini sedang berada dalam situasi yang tidak kreatif dan membosankan.”

Saat itu sedang musim panas yang terik dan kering, cuaca yang sempurna bagi kami bertiga untuk melakukan perjalanan menaiki mobil dinas Gregson melintasi kota menuju pertambangan kapur tua, tempat dimana seorang penjahat London rupanya muncul dan menarik perhatian Sherlock Holmes.

Sesampainya di tempat tujuan, kami tidak menemukan seorang penjaga pun di posko penjagaan dan halaman pertambangan pun kami lalui tanpa melihat siapapun. Mobil kami melaju dengan mulus di atas jalan kering berlapis debu kapur (CaCO3). Gregson langsung membawa kami ke tempat dimana tubuh Bishop ditemukan. Pintu kokoh terbuat dari kayu ek yang menuju ruang TKP berdiri menjulang di hadapan kami.

“Kuncinya masih menancap di lubang pintu!” Seruku.

“Kami diberitahu,” Gregson berkata, “jika kuncinya selalu dibiarkan di sana. Penjaga tambang, Pak Clyde Montly, tadi pagi menemukan pintu dalam keadaan terkunci seperti biasanya, dan dia kemudian membukanya untuk melihat ke dalam sebagaimana kegiatan rutinnya. Dia menemukan tubuh Bishop pagi ini. Oya, pintu ini tidak dapat dikunci dari dalam, hanya dari luar.”

”Ruangan ini dipakai untuk apa?” Holmes bertanya ketika dia membuka kunci dan masuk ke dalam ruangan kecil dan remang-remang tersebut.

Gregson mengikutinya. “Tempat penyimpanan bahan peledak, tuan Holmes. Lihat. Di sana terdapat beberapa kardus.”

Holmes tidak mengikuti arah telunjuk Gregson. Malahan, dia menyipitkan matanya ke arah langit-langit, pada seberkas cahaya matahari yang terlihat di atas sana.

”Itu lubang ventilasi,” kata Gregson ketika dia melihat arah perhatian Holmes. ”Ikuti saya. Saya akan menunjukannya.”

Kami keluar dari ruangan kecil tersebut dan pergi ke arah sinar matahari. Ruang tempat mayat ditemukan dilapisi seluruhnya dengan dinding dan atap dari kapur. Di lantai sebelah atas ruang TKP, menonjol cerobong kecil, lubang ventilasi dari ruang TKP di bawah. Holmes memeriksa lantai pada cekungan di ruangan. Sementara dia melakukan pemeriksaan, aku sendiri berkeliling mencari petunjuk untuk mengungkap kematian Bishop. Sekitar 15 meter dari cerobong, aku berhenti sebentar. Di bawahku, di permukaan yang berduka kapur, terdapat jejak seekor binatang!

”Holmes, kemari, cepat!” Aku berteriak. Ketika Holmes dan Gregson mengintip dari balik bahuku, aku bertanya, ”Apa ini jejak anjing besar?”

Gregson tertawa. “Tenang, Dr. Watson. Penjaga tambang memiliki seekor anjing besar dan mengerikan yang selalu menemaninya ketika patroli. Kita harus mengunjunginya nanti.”

“Apa ini?” Holmes bertanya dengan nada serius. Dia telah pergi dari sampingku dan bergerak ke arah cerobong ventilasi. ”Ini menarik,” Dia berkata. Holmes sedang berlutut ketika aku dan Gregson mengikuti arah pandangannya ke lubang kapur berbau asam dengan diameter sekitar 30 cm. Bagian dalam lubang bertekstur kasar dan bopeng-bopeng. ”Lubang ini tidak digali menggunakan sekop,” Holmes bergumam. Tanpa beranjak dari tempatnya, matanya beralih ke kiri ke sepasang tapak roda yang dalam dan sempit, sepertinya baru ditinggalkan oleh gerobak bermuatan penuh. Holmes bangkit dan dengan langkah panjangnya yang khas, dia berjalan cepat menuju garasi tempat penyimpanan gerobak dan kendaraan untuk menambang. Dia dengan cepat kembali dan tidak berkata sedikit pun walau kami memaksanya untuk menceritakan apa yang ada dipikirannya.

Ternyata, kami tidak perlu mengunjungi si penjaga pertambangan. Ketika kami sedang ngobrol dekat lubang aneh dan berbau busuk tersebut, kami tiba-tiba mendengar sebuah raungan berat dan kemudian seekor binatang buas yang merupakan anjing penjaga tambang berlari menerjang kami. Anjing itu sangat gemuk, berbulu pendek, dan memiliki warna yang tidak bisa aku terangkan. Sementara si penjaga tambang yang pincang mengikuti di belakang anjingnya. ”Duduk sekarang, Ginger, duduk, duduk,” dia berkata pada anjingnya dengan penuh kasih sayang.

Gregson berkata, ”Tuan Holmes, Dr. Watson, ini Clyde Montly, penjaga pertambangan ini.”

Tuan Montly sedikit membungkuk ke pada kami dan tidak berkata apapun.

Setelah beberapa saat, Holmes mengakhiri kesunyian dengan melontarkan sebuah pertanyaan. ”Tuan Montly, saya hanya ingin bertanya pada anda satu hal. Ketika anda menemukan mayat korban, apakah anda menutup pintunya kembali sebelum anda memanggil polisi?”

”Tidak,” Montly menjawab dengan pelan, ”Saya ingat kalau saya membiarkan pintunya terbuka lebar. Kalau tidak salah, pintu tetap terbuka sampai Inspektur dan pasukannya datang.”

”Saya telah menduga kalau itulah yang terjadi,” Holmes berkomentar pada kami berdua.

”Kenapa begitu, tuan Holmes?” Tanya Gregson.

”Inspektur, saya perlu melakukan beberapa perhitungan terlebih dahulu, tapi saya dapat memberi tahu anda ini sekarang. Tapak yang dalam bekas roda gerobak yang kita lihat dekat cerobong tadi itu tidak dibuat menggunakan gerobak apapun atau kendaraan yang digunakan di pertambangan ini.”

Kembali ke mobil, saat kami menyusuri jalan-jalan di London menuju Baker Street, aku mendengar Holmes bergumam pada dirinya sendiri jika ruangan itu memiliki panjang dan lebar sebesar 2,1 meter dan tinggi sebesar 2,4 meter. Holmes mencoret-coret di selembar kertas dari buku catatan Inspektur Gregson.

“Stoikiometri, Watson, stoikiometri,” Dia mengomel ketika aku bertanya apa yang dia lakukan. Detik kemudian dia merobek kembali selembar kertas dari buku catatan Inspektur, menulis satu atau dua kata, dan mengembalikannya ke Inspektur.

“Anda harus menanyai orang ini lebih dalam lagi, Inspektur. Saya tuliskan di kertas itu bukti tak terbantahkan yang akan anda temukan ketika anda melakukan apa yang saya minta.”

Setelah sampai di tempat tinggal kami dan  Gregson pun pergi, kami duduk di kursi. Holmes dengan pelan mengisi pipa cangklongnya dengan tembakau dan mulai menjelaskan semuanya.

 

Bersambung…

 

Penasaran bagaimana kelanjutannya? Lanjutan kisah ini dapat dibaca di sini. Tapi sebelumnya, kamu pun bisa menjawab misteri kematian Bishop dengan menggunakan konsep kimia dasar sederhana. Kemudian, coba jawab pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana Bishop dibunuh?
  2. Siapa pelakunya?
  3. Apa bukti tak terbantahkan yang akan diperoleh Gregson menurut Holmes?

Jadi, sebelum kelanjutan cerita dan jawaban misteri pembunuhan ini terbongkar, coba kamu analisa dan tuliskan jawabannya di bagian komentar di bawah ini.

 

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia dari:

Waddell, Thomas G., and Thomas R. Rybolt. “The chemical adventures of Sherlock Holmes: The case of the stoichiometric solution.” J. Chem. Educ70.12 (1993): 1003.

Exit mobile version