”Pada suatu hari, aku mendapatkannya, ADN (DNA)* yang sudah dikeringkan dari anak sapi. Saat kumasukkan sepicik DNA itu kedalam mulutku, ia menjelma menjadi gumpalan licin yang melekat di atas langit-langit mulutku. Ini rasa DNA murni! Lembut, tawar, sedikit masam, dan sepintas asin. Mungkin itu rasa dari lautan purba. Kemudian ia pun padam.” (Dikutip dari jurnal Richard Preston berjudul The Genome Warrior untuk The New Yorker, 12 Juni 2000).
Siapa yang mengira, kalau setitik DNA yang dirasakan oleh Richard Preston, jurnalis The New Yorker, lebih dari sedekade lalu ternyata memuat hampir seluruh informasi yang juga mentransformasi seonggok atom menjadi obyek pemamah biak seberat satu ton atau bahkan menjelma menjadi spesies yang mampu menerbangkan burung besi seberat 640 ton. Kita mungkin tidak akan memiliki pengalaman seunik Richard Preston yang pernah mencicipi DNA murni. Namun, setiap kali kita makan, kita ikut menelan DNA yang berada entah di dalam sayuran, buah-buahan, daging, biji atau bahkan mikroba yang tumbuh di dalam makanan.
Asam deoksiribonukelat atau yang lebih kita kenal sebagai DNA melalui film-film fiksi ilmiah sejauh ini adalah cetak biru yang diketahui memuat takdir segala makhluk hidup di planet bumi ini. Lantas, apa itu DNA dan mengapa ia menjadi begitu penting? Bukankah ia hanya persenyawaan kimia biasa?
Yang membuat DNA unik dibandingkan senyawa kimia lain adalah bagaimana senyawa kimia ini bisa dirangkai untuk menyimpan informasi. Mirip dengan sebuah buku yang terususun atas huruf-huruf, DNA tersusun atas basa nukelotida. Nukelotida ini dapat dibedakan menjadi 4 jenis basa yang disimbolkan dengan alfabet latin A, T, G, dan C yang kemudian dapat dirangkai menjadi ”kata-kata”yang menyandikan protein [1]. Jika mereka berdiri sendiri dan tidak dirangkai, maka mereka hanya dapat mengandung 4 informasi saja. Tetapi ketika bisa dirangkaikan satu dengan yang lain, mereka bisa dirangkai kembali untuk membentuk kata, kalimat, paragraph, buku, dan bahkan serial dengan kandungan informasi yang sangat besar.
Walaupun bukan yang terbesar di antara semua makhluk yang kita ketahui saat ini, buku kehidupan manusia yang terususun atas untaian basa nukelotida memiliki kandungan informasi yang mengagumkan. Jika sulit membayangkannya, 3.000 jilid buku Harry Potter dapat mewakili gambaran itu. Seperti itulah besarnya informasi yang disimpan oleh DNA kita yang tersusun atas kurang lebih 3,3 miliar huruf basa. Menariknya, buku ini memuat berbagai kalimat instruksi dari yang sangat penting seperti bagaimana cara membentuk sel-sel otak atau jaringan kulit sampai hal-hal remeh lainnya. Awalnya mungkin sulit dipercaya, tapi DNA ikut ambil peran dalam menentukan apakah kita akan suka es krim rasa kopi [2], mabuk dengan anggur Bordeaux yang mahal itu [3], menonton grup vokal pria Korea [4], atau buta arah [5].
Mengingat ada begitu banyak informasi yang dapat diberikan oleh DNA tentang seorang individu, tentunya kemampuan membaca DNA membuat seseorang mampu memprediksi beberapa karakter seseorang. Bagaimana cara kita membaca DNA? Ikut kelanjutan artikel ini di bagian yang selanjutnya. © MRH 2017
*Terjemahan resmi untuk deoxyribonucleic acid (DNA) dalam bahasa Indonesia adalah asam deoksiribonukleat (ADN). Namun, karena unsur familiaritas, ADN akan ditulis sebagai DNA.
Baca lanjutan artikelnya disini
Referensi:
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu