Site icon SainsPop

Ayam Jantan Merasa Kebisingan Gak Sih Dengan Kokokannya Sendiri?

Ayam Jantan Merasa Kebisingan Gak Sih Dengan Kokokannya Sendiri?

Kokok ayam

Siapa yang suka terbangun di pagi hari oleh kokokan ayam jantan? Kalo kamu jawab iya, kamu tidak sendirian. Suara kokokannya yang melengking memang merupakan jam beker alami di pagi hari sejak jaman dulu kala, terutama bagi kamu-kamu yang tinggal di desa atau kampung. Oya, penelitian terbaru juga menyebutkan kalau suara kokok ayam jantan memiliki intensitas rata-rata sebesar 130 desibel (dB) [1], intensitas yang sama dengan suara pesawat jet militer yang lepas landas pada ketinggian 15 meter [2]. Bahkan suara gongongan anjing pun kalah. Menurut Guinness World Records, suara gongongan anjing terkeras memiliki intensitas hanya sebesar 113,1 dB [3].

Lebih dari itu, pada penelitian yang dilakukan, salah satu ayam bisa menghasilkan kokokan dengan intensitas suara mencapai 143 desibel [1]. Ini sama saja dengan suara yang kamu dengar ketika berdiri di dek pesawat terbang [2]. Perlu kamu tahu, batas maksimal suara yang menyebabkan telinga kesakitan adalah sebesar 110 dB dan diatas 120 dB dapat menyebabkan kerusakan sel-sel bulu pada telinga bagian dalam sehingga menyebabkan ganguan pendengaran. Suara dengan intensitas 150 dB ke atas dapat memecahkan gendang telinga kita [2]. Pernah terpikir gak sih, kalo kamu saja terbangun dari mimpi indah, gimana ayam yang berkokok tersebut ya? Apakah dia gak menjadi tuli dengan suaranya sendiri yang memekakan telinga?

Ternyata jawabannya tidak. Ayam jantan tidak kebisingan dengan suara kokokannya tersebut. Kok bisa? Jadi, ketika paruh ayam terbuka lebar saat berkokok, seperempat lubang telinganya tertutup dan terdapat jaringan halus yang menutupi 50% gendang telinganya [1]. Artinya, ayam jantan tersebut tidak dapat mendengar suara kokokannya sendiri dengan intensitas penuh.

Bagaimana dengan ayam betina yang berdiri di dekat ayam jantan yang berkokok? Apakah dia tidak kebisingan juga? Sebenarnya kebisingan juga sih, tapi karena intensitas suaranya sudah berkurang banyak, menurun dari 143 dB jadi 102 dB pada jarak 50 cm [1], maka suara tersebut tidak sampai membahayakan atau menyebabkan ganguan pendengaran. Akan tetapi, jikapun menyebabkan kerusakan sel-sel bulu pada telinga bagian dalam, sel-sel tersebut dapat mengalami regenerasi dengan cepat, tidak seperti pada mamalia seperti kita.

 

Referensi:

[1] R. Claes, P. G. G. Muyshondt, J. J. J. Dirckx, and P. Aerts, “Do high sound pressure levels of crowing in roosters necessitate passive mechanisms for protection against self-vocalization?,” Zoology, Dec. 2017.

[2] IAC Library, “Comparitive Examples of Noise Levels | Industrial Noise Control.” [Online]. Available: http://www.industrialnoisecontrol.com/comparative-noise-examples.htm. [Accessed: 30-Jan-2018].

[3]  Guinness World Records, “Loudest bark by a dog,” Guinness World Records. [Online]. Available: http://www.guinnessworldrecords.com/world-records/loudest-bark-by-a-dog. [Accessed: 02-Feb-2018].

Exit mobile version