Site icon SainsPop

Mari Mengenal Polikresulen

Baru-baru ini berita media dihebohkan dengan maraknya pemberitaan mengenai penarikan sebuah
merek obat berbahan aktif polikresulen yang umum digunakan untuk mengobati sariawan. Terlepas dari
kontroversi yang dimiliki, polikresulen ternyata telah lama digunakan di dalam bidang medis
setidaknya sejak tahun 1942 dimana senyawa ini digunakan untuk membantu pemulihan infeksi serviks pada
wanita melalui prosedur kauterasi, atau pembakaran jaringan untuk menghilangkan jaringan yang
terinfeksi [1]. Senyawa ini dijual dan diperdagangkan dengan berbagai nama, antara lain Albocresil,
Albothyl, Negatan, Negatol, Lotagen, atau Vagothyl [2].

Polikresulen adalah produk kondensasi dari metacresolsulfonat dengan formaldehid dan diaplikasikan
secara topical (dioleskan pada kulit) [1]. Senyawa ini diketahui memiliki kemampuan antiseptik, yaitu
kemampuan membunuh mikroorganisme, hemostatik, yaitu kemampuan untuk menghentikan
pendarahan yang sangat berguna pada berbagai prosedur pengobatan atau operasi, dan astringen, yaitu
kemampuan untuk menciutkan jaringan yang tentunya juga berhubungan dengan mekanisme
penghentian darah [3]. Mengingat banyaknya fungsi dan mekanisme aksi senyawa ini, aplikasi senyawa
ini di dalam pengobatan tentunya cukup luas, mencakup penggunaan oral, genital, dan anal [1,4,5].

Walaupun memiliki banyak kegunaan, penggunaan yang tidak terkontrol oleh para ahli tentunya dapat
menimbulkan masalah. Beberapa efek samping yang telah dilaporkan antara lain pada penggunaan oral. Karena sifatnya yang asam, polikresulen dapat menyebabkan dekalsifikasi gigi, yaitu hilangnya kalsium
dari gigi yang berakibat pada kerapuhan gigi [4]. Sekelompok peneliti dari Korea Selatan juga
melaporkan adanya risiko bekas luka bakar pada rongga mulut [6]. Hal ini tentunya memicu polemik
seputar keamanan senyawa yang bisa diperoleh secara bebas tanpa resep dokter. © MRH 2018

Referensi

1. Filler, William, et al. “Treatment of cervicitis with Negatan (Negatol).” American Journal of
Obstetrics and Gynecology, vol. 43, no. 5, 1942, pp. 897–899., doi:10.1016/s0002-
9378(42)90978-5.
2. “Policresulen.” National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database,
U.S. National Library of Medicine,
pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3050404#section=Synonyms.
3. Debertolis, Letizia et al. “Effects of Induced Endometritis on Uterine Blood Flow in Cows as
Evaluated by Transrectal Doppler Sonography.” Journal of Veterinary Science 17.2 (2016):
189–197. PMC. Web. 28 Feb. 2018.
4. Woycheshin, Felix F. “An evaluation of the drugs used for gingival retraction.” The Journal of
Prosthetic Dentistry, vol. 14, no. 4, 1964, pp. 769–776., doi:10.1016/0022-3913(64)90213- 6.
5. Espinosa DJ. Analytical review of multicenter studies with polycresulene for hemorrhoidal
pathologies. Acta Gastroenterol Latinoam 2000; 30: 177–86 [In Spanish].

6. Jung, Jung-Woo, et al. “Chemical burns of the oral mucosa caused by Policresulen: report of a
case.” Journal of Oral Medicine and Pain, vol. 38, no. 2, 2013, pp. 109–114.,
doi:10.14476/jomp.2013.38.2.109.

Exit mobile version