Dia adalah saintis dari Cambridge University yang mengemukakan teori bahwa black hole memancarkan energi. Dia adalah fisikawan modern yang menyatukan teori general relativity dan teori kuantum untuk menganalisis black hole [1]. Dia adalah sosok yang diperankan oleh Eddie Redmayne di “The Theory of Everything” (2014) dan merupakan penulis buku dengan judul “A Brief History of Time” (1988). Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada 14 Maret 2018, dia meninggalkan dunia ini di usia 76 tahun [2]. Dia adalah Stephen Hawking. Melihat dari judul artikel ini, kita tahu bahwa bukan black hole maupun berbagai teori fisika apapun yang akan dibahas di sini. Selama 50 tahun lebih, sejak awal dekade keduanya hingga saat dia meninggal, Stephen Hawking menjalani kesehariannya dalam kelumpuhan atau paralisis. Amyotrophic Lateral Sclerosis atau biasa disingkat sebagai ALS, adalah penyebabnya. Selalu dimulai dari pertanyaan umum, apa sih ALS itu?
Amyotrophic Lateral Sclerosis—dikenal juga sebagai penyakit Lou Gehrig, dinamai berdasarkan nama seorang pemain baseball yang didiagnosis penyakit ini pada tahun 1939 [3]—merupakan bagian dari penyakit saraf motorik yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai motor neuron diseases (MND) [3, 4, 5]. Saraf motorik adalah bagian dari sistem saraf yang mengatur gerakan sadar.
Gejala awal yang dialami bervariasi. Beberapa orang (60%‒70% kasus) menunjukkan gejala berupa kelemahan, kekakuan, atau kedutan otot yang dimulai dari anggota gerak (limb onset) sementara beberapa orang lainnya (25%‒30% kasus) menunjukkan gejala yang dimulai dari kepala-leher (bulbar onset) [3, 4]. Gejala awal pada anggota gerak atas meliputi kesulitan mengancingkan baju, menulis, membuka kunci, dan lain sebagainya. Ketidakstabilan saat berjalan, sering terjatuh, kesulitan untuk berjalan cepat hingga berlari adalah beberapa contoh gejala yang dapat muncul dari anggota gerak bawah [5]. Gejala bulbar onset dapat berupa disartria (kesulitan berbicara), disfagia (kesulitan menelan), hingga dispnea (kesulitan bernapas) [4, 5]. Gejala-gejala yang terjadi secara lokal ini lama kelamaan akan memberat dan melibatkan bagian tubuh yang lainnya [5]. Atrofi atau mengecilnya ukuran otot terutama pada tangan, lengan bawah, bahu, tungkai atas, dan kaki seringkali dapat ditemukan pada awal perkembangan limb onset. Bulbar onset biasanya akan diikuti dengan kelemahan anggota gerak pada stadium yang lebih lanjut [3]. Meskipun pada dasarnya ALS mengganggu fungsi gerakan, hingga 50% orang dengan Amyotrophic Lateral Sclerosis menunjukkan adanya gangguan juga pada perilaku dan kognitif (kemampuan berpikir), dengan ±13% diantaranya mengalami kemunduran fungsi otak yang disebut sebagai frontotemporal dementia (FTD) [4]. Pada stadium lanjut yang jarang, ALS juga dapat menunjukkan proses terganggunya keseimbangan dan pandangan mata akibat kelumpuhan saraf [3]. Oleh karenanya, seringkali ALS juga disebut sebagai penyakit neurodegeneratif atau kemunduran fungsi saraf [3, 4].
Dimulai dari kelemahan, gejala dari penyakit yang lebih banyak mengenai laki-laki ini dapat berkembang menjadi kelumpuhan, kehilangan kemampuan berbicara, bahkan hingga kematian akibat lumpuhnya otot-otot yang berfungsi dalam pernapasan. Kematian juga dapat terjadi akibat sumbatan jalan napas oleh air liur yang berlebih (sialorea) yang sulit untuk ditelan sehingga masuk ke saluran pernapasan. Kesulitan untuk menelan membuat orang dengan penyakit ini mudah tersedak sehingga makanan atau minuman masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan sumbatan yang dapat mengakibatkan kematian atau menyebabkan peradangan pada paru-paru. Selain itu, kesulitan menelan juga membuatnya tidak bisa makan dan mengalami malnutrisi. Kondisi malnutrisi ini selanjutnya selain akan memperlemah tubuh orang tersebut, juga dapat menjadikannya rentan terjangkit berbagai macam infeksi yang mungkin berakibat fatal. Orang dengan ALS tampak kurus dan mengalami penurunan berat badan karena mengalami malnutrisi, juga karena meningkatnya pembakaran kalori. Kelemahan otot di saluran pernapasan berakibat pada berkurangnya fungsi perlindungan dari dinding saluran terhadap kuman sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi pada paru-paru (pneumonia). Selain kelemahan, pada ALS otot juga dapat mengalami kekakuan yang seringkali dirasakan sebagai kram. Kekakuan ini, seperti halnya kelemahan otot, sama-sama dapat menyebabkan hilangnya kekuatan otot dan kemampuan untuk berbicara, makan, bergerak, bahkan bernapas [3, 4, 5, 6]. Akibat kekakuan otot, kebanyakan orang dengan ALS (±70%) merasakan nyeri sesaat yang berat atau berkepanjangan. Beberapa orang dengan ALS stadium lanjut juga mengeluhkan sering mengompol akibat gangguan dalam kemampuan mengontrol buang air kecil [3].
Seringkali penyakit ini terlambat untuk dikenali karena gejalanya yang tidak khas. Rata-rata keterlambatan diagnosis mencapai 11–12 bulan dari pertama kali munculnya gejala [7]. Jarak dari dikenalinya penyakit hingga terjadinya kematian juga sangat bervariasi. Beberapa faktor penentu seperti usia tua saat gejala muncul pertama kali, bulbar onset atau gejala awal berupa gangguan pernapasan, terjadinya FTD, dan penurunan berat badan berkaitan dengan perburukan yang cepat [3, 7].
Penyakit ini mengenai 2‒5 di antara 100.000 orang dan merupakan kondisi yang progresif [4, 6]. Kebanyakan orang dengan ALS menunjukkan perkembangan penyakit yang cepat. Orang dengan ALS biasanya tidak mampu bertahan melampaui 30 bulan sejak pertama kali munculnya gejala [3, 7]. Kematian biasanya terjadi dalam 3‒5 tahun [5]. Hanya 20% yang dapat bertahan hidup selama 5‒10 tahun [3] dan hanya sekitar 10% yang dapat bertahan hidup hingga 10 tahun atau lebih [5]. Orang dengan usia muda saat gejala pertama kali muncul, limb onset, serta durasi keterlambatan diagnosis yang semakin panjang menunjukkan kemampuan bertahan hidup yang lebih lama [3, 7].
Sampai saat ini, penyebab dari penyakit yang rata-rata terjadi pada usia 50‒65 tahun [3] ini belum dapat diketahui secara pasti [5]. Faktor genetik dan lingkungan diketahui dari berbagai penelitian memiliki peran dalam berkembangnya ALS [5]. ALS dapat terjadi menurut cara sporadik (acak) atau diturunkan (familial) [6]. Kebanyakan (90‒95%) kasus ALS terjadi secara sporadik yang diduga melibatkan faktor genetik [3, 4, 6] maupun lingkungan [4, 6]. Variasi genetik perlu dipicu oleh faktor lingkungan untuk dapat mengakibatkan berkembangnya ALS [6]. Faktor lingkungan yang diduga memiliki hubungan dengan ALS meliputi paparan zat-zat racun, infeksi virus seperti rotavirus [3, 6], asap rokok [3], serta trauma fisik [3, 6]. Meskipun pada penelitian mereka memiliki hubungan dengan ALS, belum tentu mereka menyebabkan ALS. ALS yang diturunkan mencakup 5%‒10% kasus [3, 6]. ALS familial memiliki kecenderungan untuk muncul pada usia muda. Kebanyakan ALS familial diturunkan secara autosomal dominan, di mana 1 saja gen (dari 2) cukup untuk memunculkan ALS. Cara lain diturunkannya ALS adalah melalui autosomal resesif dan dominan terpaut kromosom X [6], yang mana tidak akan dibahas pada artikel ini.
Dengan melihat fakta bahwa orang dengan ALS jarang bertahan hidup hingga puluhan tahun setelah didiagnosis, mengapa Stephen Hawking dapat mencapai usia 76 tahun dengan menjalani kondisi ALS selama lebih dari 50 tahun?
Seorang neurologis menyatakan bahwa Stephen Hawking merupakan kasus yang mengagumkan dan membuat banyak neurologis bertanya-tanya. Kasus Hawking mengagumkan karena munculnya gejala yang begitu dini dan lamanya waktu yang telah dilampaui penyakit ALS tersebut [9].
Dilansir dari USA Today [8], saintis yang merupakan kepala dari ALS Association, Dr. Lucie Bruijn mengungkapkan bahwa capaian usia Hawking sebagai orang yang didiagnosis ALS merupakan pengecualian dan tidak banyak orang yang dapat memilikinya. Menurutnya, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh usianya yang masih sangat muda saat didiagnosis sehingga tubuhnya mampu beradaptasi dengan lebih baik meskipun pernyataannya tersebut belum memiliki bukti yang kuat [8].
Menurut Profesor Nigel Leigh, durasi rata-rata lamanya hidup orang dengan ALS terhitung sejak didiagnosis adalah sekitar 14 bulan meskipun angka ini memiliki variasi yang begitu besar. “Para peneliti telah menemukan bahwa kemampuan bertahan hidup jauh lebih baik pada orang dengan ALS yang berusia lebih muda dan dapat dihitung dalam ukuran tahun‒pada beberapa kasus lebih dari 10 tahun. Di antara orang-orang yang berusia 50-an dan 60-an, terdapat 50% kesempatan untuk bertahan hidup sekitar 4 tahun. Anehnya, memang merupakan keberuntungan yang berbeda apabila kau mulai di usia muda, dan tidak ada yang tahu mengapa. Akan tetapi, bahkan beberapa bentuk MND yang dimulai pada usia 50-an atau 60-an juga dapat berkembang dengan lambat,” ujarnya [9].
Profesor Leigh menambahkan bahwa kasus Hawking memang pengecualian dan sepengetahuannya tidak ada yang pernah bertahan selama itu bahkan tampaknya penyakit tersebut justru mulai kelelahan. “Hawking tampak relatif stabil, dan saya memiliki 1 atau 2 pasien di mana masih menunjukkan kemunduran bertahap tetapi mulai menampakkan perlambatan. Pada kasus-kasus tersebut MND dimulai sangat dini, sekitar usia 20-an atau 30-an. Kestabilan yang begini sangatlah jarang,” kata Profesor Leigh [9].
Hawking didiagnosis ALS pada usia 21 tahun. Usia ini cukup muda dan mungkin mengindikasikan jenis ALS familial. Dapat dilihat pada film “The Theory of Everything” bahwa gejala awal yang muncul pada Hawking adalah berupa kelemahan tungkai bawah, ditunjukkan dengan cara berjalannya yang tidak stabil dan seringkali terjatuh. Ini menunjukkan bahwa gejala yang dialami Hawking adalah limb onset. Selain itu, selama perkembangan penyakitnya Hawking tetap mampu menjalankan fungsinya sebagai profesor bahkan mengemukakan berbagai pemikiran yang menghasilkan teori-teori baru hingga buku “A Brief History of Time”. Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan di atas, gejala yang muncul pertama kali saat usia muda, berupa limb onset, dan tanpa disertai gangguan maupun kemunduran fungsi kognitif meningkatkan kemampuan bertahan hidup orang dengan ALS.
Referensi:
[1] | BBC Earth. These are the Discoveries that Made Stephen Hawking Famous. 7 January 2016. [Online: http://www.bbc.co.uk/earth/story/20160107-these-are-the-discoveries-that-made-stephen-hawking-famous, dikunjungi pada 15 Maret 2018]. |
[2] | BBC News. Stephen Hawking: Visionary Physicist Dies Age 76. 14 March 2018. [Online: http://www.bbc.com/news/uk-43396008, dikunjungi pada 15 Maret 2018]. |
[3] | Zarei, S, Carr, K, Reiley, L, Diaz, K, Guerra, O, et al. A comprehensive review of amyotrophic lateral sclerosis. Surg Neurol Int 2015; 6:171. |
[4] | Hardiman, O, Al-Chalabi, A, Chio, A, Corr, EM, Logroscino, G, et al. Amyotrophic lateral sclerosis. Nature Reviews Disease Primers 2017; 3:17071. |
[5] | National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) Fact Sheet. 8 January 2018. [Online: http://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Fact-Sheets/Amyotrophic-Lateral-Sclerosis-ALS-Fact-Sheet, dikunjungi pada 16 Maret 2018]. |
[6] | Genetic Home Reference. Amyotrophic Lateral Sclerosis. 13 March 2018. [Online: https://ghr.nlm.nih.gov/condition/amyotrophic-lateral-sclerosis#statistics, dikunjungi pada 16 Maret 2018]. |
[7] | Salameh, JS, Brown, RH, Berry, JD. Amyotrophic lateral sclerosis: review. Semin Neurol 2015; 35:469-476. |
[8] | USA Today. How Did Stephen Hawking Live So Long with ALS?. 14 March 2018. [Online: https://www.usatoday.com/story/news/nation-now/2018/03/14/how-did-stephen-hawking-live-so-long-als/423313002/, dikunjungi pada 15 Maret 2018]. |
[9] | News: an exceptional man. BMJ Volume 324, 22 June 2002. |
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu
2 Comments
wahhh sangat informatifan
Ayah saya terkena ALS mohon info pengobatanya