Site icon SainsPop

Kenapa miras oplosan bisa mematikan?

Awal April ini, sekitar 45 orang tewas setelah menenggak miras yang diracik Samsudin Simbolon, bos besar miras oplosan dari Cicalengka, kabupaten Bandung [1]. Berdasarkan investigasi detikX [1], miras oplosan tersebut berbahan dasar ethanol, methanol, Kuku Bima, air, dan pewarna makanan. Di tempat lain, dua remaja puteri di Sukabumi juga tewas setelah menenggak miras oplosan yang diracik dari spiritus, air, dan serbuk energi [2]. Masih banyak lagi kejadian serupa di banyak tempat dan waktu yang diakibatkan oleh miras oplosan.

Kok miras oplosan bisa mematikan?

Dari dua kasus di atas, yang menyebabkan kematian adalah adanya senyawa metanol di minuman keras oplosan tersebut. Untuk kasus miras yang menewaskan dua remaja di Sukabumi, spirituslah yang membuat minuman ini berbahaya. Perlu diketahui, spiritus merupakan merek dagang dari metanol yang diberi pewarna biru.

Metanol merupakan alkohol yang memiliki struktur kimia paling sederhana, CH3OH, yang hanya memiliki satu atom karbon (C). Sedangkan, alkohol adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Jadi, sederhananya metanol merupakan salah satu jenis dari senyawa alkohol. Walaupun, dalam kehidupan sehari-hari, istilah alkohol merujuk pada minuman keras memabukkan yang sebenarnya adalah senyawa etanol (CH3CH2OH), alkohol dengan dua atom karbon (C).

Baik metanol ataupun etanol dapat memabukkan ketika diminum. Hanya saja, metanol lebih murah dan lebih berbahaya lagi karena dapat menimbulkan kebutaan, bahkan kematian [3]. Jadi, metanol lah penyebab kematian pada para korban miras oplosan tersebut.

Kok metanol lebih mematikan dibandingkan etanol?

Untuk memahami ini, kita harus memahami bagaimana tubuh memproses alkohol yang masuk ketika di minum. Sebagai molekul kimia yang utuh, kedua jenis etanol tersebut tidak terlalu beracun [3]. Akan tetapi, di dalam tubuh, mereka dimetabolisme menjadi zat antara yang bersifat racun [3].

Ketika diminum, alkohol di serap pada saluran lambung dan usus, masuk ke aliran darah menyebar ke seluruh tubuh dan otak sehingga menybabkan mabuk [3].  Di hati, alkohol tersebut di metabolisme oleh enzim alkohol dehidrogenase menghasilkan senyawa aldehid (R-CHO). Pada etanol, senyawa aldehid yang dihasilkan adalah asetaldehid (CH3CHO) sedangkan pada metanol, senyawa aldehid yang dihasilkan adalah formaldehid (HCHO). Kedua senyawa aldehid tersebut sangat beracun bagi tubuh. Tapi, keduanya dengan cepat dimetabolisme lebih lanjut dengan enzim yang lain (aldehid dehidrogenase) membentuk senyawa asam karboksilat (asam asetat (CH3COOH) untuk asetaldehid dan asam format (HCOOH) untuk formaldehid) yang kemudian dipecah lebih lanjut menjadi air dan karbon dioksida [4]. Asam asetat adalah senyawa yang kurang beracun dibandingkan asam format. Maka dari itu, konsumsi alkohol dalam bentuk etanol (dalam jumlah yang tidak berlebihan) tidak mematikan, berbeda dengan konsumsi metanol.

Pada kasus keracunan metanol, setelah metanol tersebut dimetabolisme menjadi asam format, asam format tersebut sangat mudah dipecah menjadi ion format dan ion hidrogen (asam) sehingga menurunkan pH cairan tubuh. Sebagian besar ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari pemecahan asam format tersebut akan dinetralisir oleh ion bikarbonat yang ada di dalam cairan tubuh. Akan tetapi, jika jumlah ion bikarbonat tersebut tidak cukup, maka akumulasi ion hidrogen tersebut dapat menyebabkan asidosis (penurunan pH tubuh). Asidosis tersebut dapat menyebabkan sakit kepala, kebingungan, kelelahan, badan bergetar, penurunan fungsi otak hingga koma [5].  

Ion format yang dihasilkan tadi juga akan terakumulasi di dalam tubuh karena proses metabolismenya membentuk karbondioksida sangat lambat [3]. Ion format ini sangat beracun karena dapat menghambat kerja enzim-enzim di mitokondria yang berperan untuk menghasilkan energi tubuh [3]. Karena energi tubuh tidak dihasilkan, maka semua sistem tubuh yang membutuhkan energi tidak dapat berfungsi. Hal ini dapat menyebabkan kematian. Kebutaan yang terjadi karena keracunan metanol kemungkinan juga karena adanya akumulasi ion format di mata [6].

 

Referensi:

[1] G. F. Arela and W. Putra, “Samsudin dan Kematian Massal Akibat Miras Oplosannya,” detikx. [Online]. Available: https://x.detik.com/detail/investigasi/20180423/Samsudin-dan-Kematian-Massal-Akibat-Miras-Oplosannya/index.php. [Accessed: 27-Apr-2018].

[2] S. Alamsyah, “Tenggak Miras Spiritus, Remaja Putri Ini Tewas Susul Temannya,” detiknews. [Online]. Available: https://news.detik.com/read/2018/04/27/201130/3994752/486/tenggak-miras-spiritus-remaja-putri-ini-tewas-susul-temannya. [Accessed: 27-Apr-2018].

[3] J. A. Kruse, “Methanol and Ethylene Glycol Intoxication,” Critical Care Clinics, vol. 28, no. 4, pp. 661–711, Oct. 2012.

[4] A. I. Cederbaum, “ALCOHOL METABOLISM,” Clin Liver Dis, vol. 16, no. 4, pp. 667–685, Nov. 2012.

[5] A. H. Yee and A. A. Rabinstein, “Neurologic Presentations of Acid-Base Imbalance, Electrolyte Abnormalities, and Endocrine Emergencies,” Neurologic Clinics, vol. 28, no. 1, pp. 1–16, Feb. 2010.

[6] G. Martin-Amat, K. E. McMartin, S. S. Hayreh, M. S. Hayreh, and T. R. Tephly, “Methanol poisoning: ocular toxicity produced by formate,” Toxicol. Appl. Pharmacol., vol. 45, no. 1, pp. 201–208, Jul. 1978.

 

Exit mobile version