Site icon SainsPop

Sehat dengan Minum Teh secara Rutin

manfaat minum teh

Tahukah kamu minuman apa yang populer di dunia? Setelah air tentunya.

Bukan kopi atau minuman bersoda, jawabannya adalah teh! Ya, teh adalah minuman ke-2 yang paling banyak diminum setelah air [1].

Mungkin beberapa dari kita berpikir negara yang memiliki tradisi minum teh hanyalah Jepang dan Cina, ternyata beberapa negara seperti Inggris, Rusia, Perancis, Belanda, India, Thailand, bahkan Indonesia juga menjadikan teh sebagai minuman di acara jamuan resmi hingga minuman penghangat keluarga.

Siapa yang pertama kali menemukan minuman teh?

Ternyata minuman teh dibuat pertama kali secara tidak sengaja, ada dua versi legenda dari Cina yang menjelaskan sejarah penemuan teh, yaitu:

Cerita pertama. Teh ditemukan oleh seorang herbalis bernama Shen Nong. Suatu hari ia memanaskan air kemudian beberapa helai daun tertiup angin lalu jatuh masuk ke dalam air tersebut. Karena penasaran, ia mencicipi air yang telah berubah warna menjadi coklat. Ternyata daun tersebut berasal dari tanaman Camellia sinensis. Sejak saat itu, lahirlah minuman bernama teh [2].

Cerita kedua. Seorang herbalis bernama Shen Nong sedang mencari tumbuhan yang bisa dimakan di hutan. Dalam pencariannya, ia dengan tidak sengaja meracuni dirinya sendiri sebanyak 72 kali. Tapi sebelum racun-racun itu membunuhnya, sehelai daun jatuh masuk ke dalam mulutnya. Lalu ia mengunyahnya dan ia menjadi sembuh. Sejak itulah teh ditemukan. Meskipun teh tidak menyembuhkan racun secara langsung, kisah ini membuktikan bahwa teh sangat penting bagi masyarakat kuno di Cina. Arkeolog menemukan teh pertama kali dibudidayakan sekitar 6000 tahun yang lalu di Cina atau 1500 tahun sebelum Piramida Giza dibangun. Meskipun cara mengonsumsi teh di zaman dahulu berbeda dengan sekarang, saat itu teh dimakan seperti sayuran atau dimasak bersama dengan bubur. Kemudian teh berubah dari bahan makanan menjadi minuman sejak 1500 tahun yang lalu, ketika orang-orang mulai menyadari dengan kombinasi panas dan kelembaban yang tepat maka dapat menghasilkan berbagai macam rasa teh. Setelah beberapa ratus tahun mengalami pengembangan metode, teh diolah menjadi lebih praktis, dalam bentuk bubuk sehingga lebih mudah untuk disajikan. Di Cina, minuman ini dikenal dengan sebutan muo cha atau matcha [3].

Selain minuman yang populer dikonsumsi, teh termasuk minuman yang murah dan juga terkenal karena dianggap bermanfaat bagi kesehatan sejak zaman kuno. Kini, dengan penelitian-penelitian modern diperolehlah bukti-bukti ilmiah yang semakin memperkuat anggapan masyarakat kuno tersebut.

Tipe-tipe Teh

Ada 3 tipe teh, yaitu teh hitam (fermentasi), teh hijau (tanpa fermentasi), dan teh oolong (semi fermentasi). Ketiga tipe ini dibagi berdasarkan proses pengeringan dan fermentasinya yang menentukan komposisi senyawa kimia di dalam teh-teh tersebut. Teh hijau diproduksi dari daun teh muda dan diolah tanpa fermentasi. Teh oolong diproduksi dengan proses semi fermentasi (oksidasi parsial yang terjadi pada daun yang disebabkan oleh aktivitas enzim secara alami). Teh hitam dibuat dengan menjemur daun teh di udara terbuka sehingga akan terjadi oksidasi. Proses oksidasi ini menyebabkan daun teh berubah menjadi kecoklatan dan rasa teh menjadi semakin kuat. Di antara ketiga tipe teh ini, teh hijau menunjukkan hasil penelitian terbaik dalam efek kemoterapi dan pencegah kanker, namun berdasarkan data pada penelitian yang lain, teh hitam juga menunjukkan efek yang sama pada kesehatan.

Senyawa aktif di dalam teh adalah senyawa polifenol bernama katekin, dan di antara berbagai senyawa katekin, yang paling potensial adalah (–)-epigalokatekin-3-galat (EGCG). Penyebab utama efek antikarsinogenik pada teh hijau adalah EGCG [4]. Total senyawa polifenol pada teh hijau dan teh hitam adalah sama, tapi yang membedakannya adalah komposisi flavonoid penyusunnya, hal ini disebabkan oleh proses oksidasi selama proses pembuatan teh.

Manfaat Minum Teh

Penelitian paling awal mengenai teh dapat mencegah kanker dimulai pada tahun 1988. Hingga kini, ada 1000 publikasi ilmiah di PubMed yang mendokumentasikan penelitian teh sebagai pencegah kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa katekin dan theaflavin pada teh dapat menurunkan resiko berbagai tipe kanker pada manusia. Beberapa kanker yang dapat dicegah dengan meminum teh secara rutin adalah kanker kulit, kanker prostat, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker liver, dan kanker pankreas. Efek pencegahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tipe teh yang diminum, jumlah teh yang dikonsumsi, temperatur saat menyajikan teh, dan durasi mengonsumsi teh [4].

Selain dapat mencegah kanker, meminum teh juga memberikan efek pada penderita penyakit kardiovaskular, diabetes, artritis, dan sistem saraf pada manusia. Dengan meminum teh hijau, senyawa katekin dapat mempengaruhi metabolisme lipid di dalam tubuh sehingga mencegah terbentuknya plak pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke. Selain itu, berdasarkan penelitian, wanita yang meminum ≥4 cangkir teh perhari memiliki resiko 30% lebih rendah terserang diabetes tipe 2 daripada yang tidak mengonsumsi teh. Kebiasaan meminum teh juga dapat mempengaruhi kepadatan mineral pada tulang seseorang, seseorang yang memiliki kebiasaan meminum teh akan memiliki kepadatan mineral yang lebih tinggi pada tulangnya daripada yang tidak meminum teh. Sedangkan untuk efek pada sistem saraf, seseorang yang meminum 2 cangkir teh perhari memiliki resiko terserang penyakit Parkinson yang lebih rendah. [4].

Oiya, penting untuk dipahami bahwa teh herbal berbeda ya dengan teh yang dibahas di sini. Teh herbal tidak dibuat dari tanaman Camellia sinensis, tapi dari tanaman lain seperti Chamomile, Cannabis, Juniper, Peppermint, Thyme, Dandelion, Ginger root, Turmeric, dan lainnya. Biasanya ini adalah strategi pasar untuk menarik perhatian konsumen. Mengapa sama-sama disebut teh? Karena prosesnya yang sama dengan penyajian teh yaitu dengan cara diseduh dengan air panas.

 

Referensi

[1] http://www.fao.org/economic/est/est-commodities/tea/en/ [Accessed: 19-June-2018]

[2] https://www.teasenz.com/chinese-tea/tea-history.html [Accessed: 20-June-2018]

[3] https://ed.ted.com/lessons/the-history-of-tea-shunan-teng#watch [Accessed: 19-June-2018]

[4] Khan N and Mukhtar H. “Tea and Health: Studies in Humans”. Current Pharmaceutical Design. 19(34): 6141–6147. 2013.

Exit mobile version