Halo Sobat Sains, beberapa waktu lalu Akademi Sains Kerajaan Swedia (Royal Swedish Academy of Sciences) menganugerahkan hadiah Nobel Kimia kepada tiga orang ilmuwan, Francis H. Arnold, George P. Smith, dan Greg Winter. Hadiah Nobel Kimia dianugerahkan kepada tiga orang ini karena mereka berhasil membawa konsep teori evolusi ke ranah yang bisa diaplikasikan di dalam kehidupan manusia. Di saat yang bersamaan, pekerjaan mereka ini menelurkan sebuah konsep baru yang sekarang kita kenal dengan nama Evolusi Tersutradara (Directed Evolution).
Sebelum kita mengetahui lebih lanjut tentang Evolusi Tersutradara, Sobat Sains harus akrab terlebih dahulu dengan konsep evolusi dalam biologi. Jika pernah menonton kartun Pokemon, sobat mungkin melihat kalau monster-monster di dalam kartun tersebut dapat berevolusi, berubah bentuk dari satu bentuk lemah ke bentuk lain yang semakin kuat. Walaupun kartun Pokemon salah secara konsep dalam mendeskripsikan rentangan waktu perubahan yang dibutuhkan oleh sebuah proses evolusi, konsep serupa pernah dikemukakan oleh Jean-Bapteste Lamarck pada tahun 1809, ketika Charles Darwin masih orok, jauh sebelum Darwin menantang teori evolusi Lamarck dengan Teori Evolusi oleh Seleksi Alam atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Teori Evolusi Darwin [1].
Lamarck berpendapat bahwa suatu spesies dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya secara perlahan-lahan. Sebagai gambaran, coba bayangkan sosok menyerupai zebra yang menumbuhkan lehernya dari generasi ke generasi dan berubah menjadi jerapah. Konsep yang diutarakan Lamarck sangat lembut karena Lamarck berpendapat bahwa tidak ada spesies yang punah; mereka hanya berubah, menafikan fakta bahwa ternyata beberapa spesies dapat punah dengan sendirinya dikarenakan faktor alam. Sementara itu, konsep evolusi yang ditawarkan oleh Darwin lebih brutal, yaitu, evolusi sekehendak seleksi alam. Darwin mengemukakan bahwa alam “memilih” spesies yang mampu bertahan dan mengeliminasi spesies yang tidak mampu bertahan. Perubahan dari satu spesies ke spesies lainnya dibantu oleh kesalahan-kesalahan atau perubahan-perubahan kecil pada proses reproduksi bernama mutasi dan rekombinasi. Pada kondisi normal, individu-individu yang terlahir di dalam satu spesies yang sama mengakumulasi perubahan-perubahan ini pada proses pembentukan mereka. Terkadang perubahan-perubahan ini begitu ekstrim sehingga mereka menjadi cacat dan tidak mampu bertahan hidup. Di lain kesempatan, perubahan-perubahan ini cukup kecil namun bermanfaat sehingga diteruskan dan terakumulasi pada generasi berikutnya. Ketika jumlah perubahan ini terakumulasi begitu banyak, spesies baru tercipta.
Berbeda dengan Pokemon yang menampilkan monster-monster yang semakin kuat pada setiap proses evolusi, Darwin memperkenalkan proses ini berdasarkan kecocokan (fitness). Spesies yang mampu bertahan ternyata tidak perlu menjadi yang terkuat, tercepat, atau terpandai. Spesies yang mampu
bertahan dan berubah adalah spesies yang cocok atau bisa mencocokan diri dengan selera Sang Sutradara bernama alam. Jika dirasa tidak cocok dengan kondisi alam saat itu, maka spesies itu akan punah. Hal ini tentunya menimbulkan banyak polemik di masa Darwin yang ketika itu didominasi oleh dogma-dogma religius klasik tentang kekuasaan Tuhan dan kesempurnaan manusia [3]. Hal ini berbuntut panjang dan berujung pada gambaran keliru mengenai proses evolusi. Bahkan sampai pada zaman modern sekarang jargon salah kaprah “manusia berasal dari kera” kerap disandingkan dengan teori evolusi Darwin, tanpa ada yang bertanya, apakah yang dimaksud Darwin dengan asal-muasal manusia [4]. (Baca juga: Apa itu Evolusi dan Evolusi Tersutradara? #Bagian2)
1. Koonin, E. V., & Wolf, Y. I.. (2009). Is evolution Darwinian or/and Lamarckian? Biology Direct, 4,
42. http://doi.org/10.1186/1745-6150-4-42
2. Gregory, T.R.. (2009). Artificial Selection and Domestication: Modern Lessons from Darwin’s
Enduring Analogy. Evo Edu Outreach2: 5. https://doi.org/10.1007/s12052-008-0114-z
3. Ruse, M. (2003). Is Evolution a Secular Religion? Science : 1523-1524
4. Tattersall, I. Charles Darwin and Human Evolution. Evo Edu Outreach (2009) 2: 28. https://doi.org/10.1007/s12052-008-0098-8
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu