Site icon SainsPop

Apa dan Bagaimana Framing Bekerja dalam Pikiran Manusia?

Salah satu kosakata yang cukup populer dalam keseharian akhir-akhir ini adalah framing. Seperti misalnya ketika cukup kritis atas suatu pemberitaan, “Harusnya ada wawancara juga dengan pihak lain yang bersangkutan, jangan satu sisi. Kalau begini beritanya kena framing”. Teori komunikasi mendefinisikan framing, secara sederhana, sebagai metode penyampaian informasi agar lebih menonjol dengan menempatkan informasi tersebut lebih dari yang lain sehingga masyarakat tertuju pada pesan tersebut[1]. Namun tidak hanya di konteks sehari-hari maupun ilmu komunikasi, konsep framing juga dikupas di ilmu ekonomika dan psikologi. Nah di bawah adalah contoh sederhana framing dalam ilmu ekonomika dan psikologi.

Contoh klasik

Kahneman dan Tversky (1981)[2] memberikan contoh sederhana sebagai berikut:

Problem 1:  Pemerintah AS merencanakan program untuk pemberantasan wabah penyakit, yang diperkirakan dapat membunuh 600 orang di suatu daerah. Dua program dipersiapkan pemerintah untuk itu. Jika Program A dilakukan, kira-kira 200 orang dapat diselamatkan. Jika Program B dilakukan, ada peluang keberhasilan sekitar ⅓ untuk menyelamatkan 600 orang tersebut, dengan peluang ⅔ dari 600 orang tersebut tidak dapat diselamatkan. Mana program yang kira-kira lebih baik?

Ketika hal ini ditanyakan ke 152 mahasiswa, 72% memilih Program A dan 28% memilih Program B. Lalu cerita yang sama ditanyakan ke grup lain berisi 155 mahasiswa dengan program yang berbeda:

Problem 2:  Pemerintah AS merencanakan program untuk pemberantasan wabah penyakit, yang diperkirakan dapat membunuh 600 orang di suatu daerah. Dua program dipersiapkan pemerintah untuk itu. Jika Program C dilakukan, kira-kira 400 orang akan menjadi korban. Jika Program D dilakukan, ada peluang sekitar ⅓ dari 600 orang tersebut tidak menjadi korban, dengan peluang ⅔ dari 600 orang akan menjadi korban. Mana program yang kira-kira lebih baik?

Sebanyak 22% (dari 155 mahasiswa) memilih Program C dan 78% memilih Program D.

Bagi Anda, kira-kira mana yang Anda anggap bagus? Bagaimana Anda menentukan bahwa salah satu dari program, di masing-masing problem, lebih bagus dari yang lain? Sesungguhnya kedua program tersebut, di masing-masing problem, memberikan angka harapan yang sama. Hanya saja manusia sangat mungkin berfikir salah satu program lebih berisiko, atau lebih aman, dibanding program yang lain. Di sini lah, manusia membuat framing atas pemikiran dan harapannya sendiri.

Seperti juga gambar di dua produk yoghurt rendah lemak di bawah. Mana kira-kira yang lebih Anda pilih, dan bagaimana Anda mengkonstruksi pilihan Anda?

Mengapa begitu?

Penelitian menjelaskan bahwa banyak orang pada dasarnya tidak menganggap kedua konsultan memiliki keahlian yang sama untuk menurunkan berat badan Anda[2] [5]. Hal ini juga seringkali berlaku di berbagai kasus dalam kehidupan sehari-hari, dan oleh karenanya dimanfaatkan dalam pemasaran produk[4].

Menurut prospect theory individu membagi proses pengambilan keputusan dalam dua fase[2], i) fase editing dan ii) fase evaluation. Fase pertama menempatkan situasi yang dihadapi secara normatif. Seperti contoh di atas, Anda menempatkan tingkat keberhasilan program diet kedua konsultan dalam level yang sama (50/200 dan 25/100). Di sini lah efek framing coba dikontrol, dan individu membentuk preferensinya. Kemudian pada fase kedua individu bisa memilah mana yang sesungguhnya bisa memberikan manfaat lebih baik[6].

So what?

Bukan, bukan berarti bahwa praktik framing selalu membawa dampak buruk bagi kehidupan kita sehari-hari. Kita, pada dasarnya, bisa menentukan seberapa besar dampak efek framing karena bisa jadi kita menikmati sensasi di dalamnya. Seperti contoh yoghurt rendah lemak di atas, mungkin kita tahu bahwa kadar lemak terkandung di kedua produk adalah sama. Namun kita bisa saja merasa lebih senang ketika memilih produk A karena merasa angka 10% lebih masuk di logika Anda untuk konteks “rendah lemak”, meskipun keduanya sendiri tidak berbeda pada konteks tersebut. Nah ini gunanya kita tahu bagaimana logika kita bekerja sehingga mungkin bisa mengontrol efek framing. Kira-kira ini beberapa saran untuk mengontrol efek framing:[3]

  1. Jangan tergesa-gesa,
  2. Cari opini alternatif,
  3. Tetap bahagia, dan
  4. Berpikir hal yang lebih besar.

Nah sekarang coba balik informasi atas tawaran dari kedua konsultan tersebut menjadi: 50 dari 200 peserta Konsultan A gagal menurunkan berat badan, dan 25% peserta Konsultan B gagal menurunkan berat badan. Tawaran dari konsultan mana yang kira-kira akan Anda ikuti? Bagaimana cara Anda memutuskan pilihan Anda tersebut?. (Baca artikel lainnya terkait pemikiran manusia: Memprediksi suatu kejadian: Intuisi atau logika? ) Jangan lupa untuk tetap up to date dengan artikel sainspop ya!

 

[1]Edelman, M. 1993, “Contestable categories and public opinion.” Political Communication, 10(3): 231-242.

[2]Kahneman, D. & Tversky, A. 1979. “Prospect theory: An analysis of decision under risk.” Econometrica, 47(2): 263-291.

[3]Spencer, N. 2012. “What is framing effect?” https://www.ezonomics.com/whatis/the_framing_effect.

[4]Thomas, A. & Millar, P. 2011. “Reducing the Framing Effect in Older and Younger Adults by Encouraging Analytic Processing.” The Journals of Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 67B(2): 139-149.

[5]Tversky, A. & Kahneman, A. 1981. “The framing of decisions and the psychology of choice.” Science 211(4481): 453-458.

[6]_________________. 1986. “Rational choice and the framing decisions.” The Journal of Business 59(4): S251-S278.

Exit mobile version