Tidak lengkap rasanya jika kita sudah tahu bagaimana proses terjadinya demam dari artikel SainsPOP sebelumnya “Bagaimana Demam Bisa Terjadi?”, namun kita belum mengerti bahwa demam itu sebenarnya bermanfaat. Apalagi sampai tidak tahu harus bagaimana jika kita terserang demam.
Apakah Sobat Sains penasaran? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
Sebagaimana sudah dijelaskan di artikel sebelumnya, pada kondisi infeksi, demam terjadi sebagai konsekuensi dari pertahanan tubuh terhadap kuman. Selama suhu tubuh tidak mencapai 41,5°C atau lebih, demam dapat meningkatkan kerja sistem pertahanan tubuh dalam memerangi kuman yang masuk ke dalam tubuh. Caranya adalah dengan meningkatkan laju jantung sehingga aliran darah yang membawa sel-sel pertahanan tubuh lebih cepat mencapai medan tempur [1].
Kebanyakan kuman berkembang biak dalam tubuh dengan sangat baik pada suhu tubuh ≤37°C sehingga demam dapat membatasi reproduksi kuman. Banyak jenis antibiotik yang bekerja dengan lebih baik dalam keadaan demam [4]. Selain itu, meningkatnya metabolisme tubuh dalam batas toleransi justru mempercepat pemulihan jaringan. Akan tetapi, ketika demam mencapai 44–46°C dapat terjadi kematian karena suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan protein yang merupakan penyusun utama sel-sel dalam tubuh [1].
Meskipun bermanfaat, namun hal ini dapat mengganggu karena menimbulkan perasaan tidak nyaman dan lama-kelamaan dapat menyebabkan kekurangan cairan atau dehidrasi akibat penggunaan lebih banyak air untuk memenuhi kebutuhan sel yang mengalami peningkatan metabolisme.
Oleh karena itu, ada 2 cara yang dapat kita lakukan:
Kompres yang digunakan pada tatalaksana demam adalah kompres air hangat, bukannya air dingin. Hal ini dikarenakan kulit memiliki reseptor suhu di mana ketika ia mendeteksi suhu di kulit lebih dingin, justru akan dikirimkan sinyal bahwa suhu tubuh belum mencapai target. Akibatnya, tubuh akan semakin meningkatkan produksi panas. Sementara itu kompres air hangat akan menyebabkan dirasakannya sensasi hangat pada kulit sehingga tubuh akan menganggap bahwa panas yang dihasilkan sudah berlebihan dan memulai mekanisme pelepasan panas. Selain itu, air hangat juga dapat melebarkan pembuluh darah kulit yang akan membantu dalam pelepasan panas melalui kulit.
Parasetamol bekerja langsung ke pusat pengaturan suhu untuk menurunkan thermostat sementara 2 obat lainnya bekerja dengan mencegah produksi pirogen oleh sistem pertahanan tubuh. Eits, apatuh thermostat, sepertinya cukup familiar. Kalau sudah membaca artikel SainsPOP sebelumnya dengan judul “Bagaimana Demam Bisa Terjadi?”, pasti tidak asing deh dengan istilah tersebut. Tentu saja, thermostat merupakan suhu tertentu yang ditentukan oleh tubuh sebagai acuan bagi pabrik produksi panas tubuh.
Karena pada saat demam tubuh rentan mengalami dehidrasi, minum air yang banyak dapat membantu untuk mencegah kondisi yang semakin memperparah kondisi kita.
Terakhir, demam perlu dibedakan dari hiperpireksia dan hipertermia.
Apa perbedaannya?
Hiperpireksia adalah kondisi di mana thermostat ter-setting terlalu tinggi, biasanya ≥41,2°C, dan merupakan suatu kegawatdaruratan karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan struktur sel dan kelelahan sel akibat kerja metabolisme yang terlalu berat.
Sementara itu, hipertermia adalah suatu kondisi meningkatnya produksi panas tubuh yang bukan disebabkan oleh peningkatan thermostat. Contohnya adalah pada heatstroke akibat olahraga berat pada cuaca yang sangat panas dan efek samping obat-obatan stimulan seperti amfetamin dan kokain [3].
Sekarang sudah lengkap rasanya ketika tidak hanya mengetahui prosesnya demam dapat terjadi, tetapi juga mengerti apa manfaat demam dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya ketika bahaya yang ditimbulkan oleh demam sudah mulai melebihi manfaatnya. Kalau begitu sudah bisa kan menerapkannya di kehidupan sehari-hari?
Referensi:
[1] Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, 13 ed. Wiley; 2012.
[2] Ogoina D. Fever, fever patterns and diseases called ‘fever’–a review. Journal of infection and public health. 2011 Aug 1;4(3):108-24.
[3] Anochie IP. Mechanisms of fever in humans. International Journal of Microbiology and Immunology Research. 2013 May;2(5):037-43.
[4] Walter EJ, Hanna-Jumma S, Carraretto M, Forni L. The pathophysiological basis and consequences of fever. Critical Care. 2016 Dec;20(1):200.
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu