Site icon SainsPop

Riwayat Klorokuin yang Ingin Dipakai Untuk Melawan Covid19

Di tahun 1980-an, mantri kesehatan di daerah kami di pelosok Lamongan biasa melakukan pekerjaan dokter. Yang disebut “mantri” adalah lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Mereka biasa memberi obat, bahkan menyuntik orang sakit. Yang kami ingat saat itu, apa pun sakitnya, kalau ada gejala panas, salah satu obat yang diberikan adalah Resochin. Resochin merupakan merek dagang dari klorokuin fosfat, obat andalan perusahaan farmasi asal Jerman, Bayer. Di masa itu belum banyak perusahaan farmasi nasional yang memproduksi aneka obat generik seperti sekarang. Entah bagaimana dulu parasetamol jarang diberikan padahal obat ini jauh lebih aman. Dibandingkan dengan parasetamol, Resochin memang jauh lebih ampuh. Tidak sekadar menurunkan panas tapi juga menyembuhkan penyakitnya. Namun, efek samping (side effect) dan efek buruk (adverse reaction) obat ini juga jauh lebih banyak daripada parasetamol.

Bagaimana Sejarah Klorokuin?

Pada masa itu Resochin sangat terkenal di daerah kami walaupun indikasi utama obat ini sebetulnya adalah antimalaria. Seiring dengan semakin banyaknya pabrik farmasi nasional, kepopuleran Resochin pelan-pelan pudar. Di blantika farmasi nasional pun, Resochin mulai jarang diresepkan karena penyakit malaria makin jarang ditemui. Perkembangan zaman menyebabkan banyak habitathabibat nyamuk malaria seperti rawa dan hutan berubah menjadi permukiman atau lahan pertanian.

Setelah pergatian abad, kepopuleran Resochin mencapai titik nadirnya. Kebanyakan apotek zaman sekarang tidak lagi menyediakan obat ini. Masa jayanya praktis sudah selesai. Obat ini hanya populer di kalangan pecinta alam yang suka keluar masuk hutan. Biasa diminum untuk mencegah malaria.

Tapi di awal tahun 2020 ini klorokuin mendadak menjadi perhatian dunia lagi. Ini setelah Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional Cina mengumumkan bahwa mereka melakukan uji klinis beberapa jenis obat untuk pasien infeksi virus korona COVID-19. Klorokuin merupakan salah satunya, selain beberapa obat antivirus.

Dari hasil uji klinis beberapa obat itu, siapa sangka ternyata klorokuin memberikan hasil positif. Para peneliti itu merekomendasikan klorokuin sebagai salah satu komponen terapi infeksi COVID-19 bersama beberapa antivirus.

Rekomendasi ini seolah mengulang kembali kisah penemuan Resochin yang sama uniknya dengan penemuan penisilin. Metode sintesis obat ini ditemukan tahun 1934 oleh ahli kimia Bayer, Hans Andersag. Pada saat diuji coba sebagai antimalaria, zat ini dinyatakan tidak layak karena dianggap terlalu toksik buat manusia. Efek buruknya terlalu banyak. Bayer menganggap temuan Andersag ini sebagai eksperimen yang gagal. Resochin kemudian hanya disimpan sebagai arsip.

Satu dekade kemudian, ketika Perang Dunia II berkecamuk, banyak tentara yang terjangkit malaria. Dalam kondisi mendesak itu, Resochin dikeluarkan lagi dari lemari laboratorium Bayer untuk diujicoba sebagai obat antimalaria. Di luar dugaan, ternyata hasilnya positif. Resochin ampuh sebagai antimalaria dan efek buruknya ternyata masih terkendali.

Tahun 1947, atau 13 tahun setelah penemuannya, Resochin mulai digunakan secara luas sebagai antimalaria. Waktu yang terbuang percuma selama 13 tahun di lemari laboratorium Bayer itu kelak disebut sebagai “Resochin error”. Sejak itu Resochin mendunia, sampai ke Indonesia, negara yang saat itu masih hijau karena masih memiliki banyak hutan. 

Munculnya nama klorokuin dari sekian banyak jenis obat yang diseleksi dalam uji klinis di Cina itu ibarat kembali mengulang cerita Resochin sebagai obat yang awalnya diremehkan tapi kemudian diakui keampuhannya. Mungkin istilah yang paling tepat untuk menggambarkan ini adalah ungkapan Jawa “Jekethek”. Dicari ke mana-mana, tak tahunya ada di saku baju sendiri. Kemunculan nama klorokuin di pertengahan Februari tahun ini seolah kado ulang tahun buat mendiang Hans Andersag yang lahir pada 16 Februari, 118 tahun lalu.

Penemuan di dunia farmasi memang sering diwarnai dengan ketakterdugaan. Kadang-kadang “kejekethekan”. 

Referensi

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32075365

https://www.researchgate.net/publication/221697452

https://www.sfda.gov.sa/ar/SURE_DrugList_Attachments/4890-human-EnPamphlet-Resochin-%20english.pdf

Exit mobile version