Site icon SainsPop

Virus Penyebab COVID-19 Buatan Manusia?

Hasil analisis peneliti dengan membandingkan urutan genom virus baru SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19) dengan tujuh virus corona lainnya (SARS dan MERS penyebab penyakit, serta virus dari kelelawar dan trenggiling) menyimpulkan jika virus penyebab COVID-19 bukan buatan manusia tapi hasil modifikasi secara alamiah di alam (1).

Bukti pertama adalah data dari backbone keseluruhan struktur genome virus (1). Jika peneliti ingin membuat virus korona baru untuk senjata biologis, maka mereka akan membuatnya berdasarkan struktur virus yang sudah dikenal sebagai penyebab penyakit. Untuk kasus SARS-Cov-2, jika virus ini buatan, maka dasar struktur genom virusnya seharusnya didasarkan pada struktur virus penyebab SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada tahun 2003 atau virus penyebab MERS (Middle East Respiratory Syndrome) pada tahun 2012. Ternyata, virus penyebab COVID-19 memiliki kemiripan yang lebih rendah dengan virus penyebab penyakit tersebut (79,6% dengan virus penyebab SARS (2) dan 51,8% dengan virus penyebab MERS (3), tapi memiliki kemiripan yang sangat besar dengan virus korona yang ada pada kelelawar (96%) (2) dan trenggiling (85,5-92,4%) (4). 

Bukti kedua, hasil analisis lebih lanjut menunjukan jika domain pengikat reseptor (RBD, receptor binding domain), yaitu bagian protein S virus yang dapat berinteraksi dengan sel inang, telah mengalami mutasi sehingga jadi lebih efektif berinteraksi dengan protein reseptor ACE-2 sel manusia (1). Hal yang sama juga terjadi dengan daerah sisi pemotongan protein S yang berfungsi untuk membuka sel inang sehingga virus bisa masuk. ACE-2 adalah reseptor pada permukaan sel yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Menariknya, daerah ini memiliki kemiripan tinggi (99%) dengan daerah yang sama pada virus korona trenggiling. Sedangkan, dengan virus korona dari kelelawar, daerah ini hanya memiliki kemiripan sebesar 77%. Artinya, virus korona yang diisolasi dari trenggiling dapat masuk ke dalam sel manusia tapi virus yang diisolasi dari kelelawar tidak.

Kedua hal ini meyakinkan para peneliti untuk menyimpulkan jika virus penyebab COVID-19 tidak dibuat di laboratorium, tapi hasil manipulasi alamiah di alam melalui penggabungan dua virus korona dari kelelawar dan trenggiling (1).

Terus, bagaimana virus tersebut bisa masuk ke tubuh manusia dan menjadi pandemik global? Skenario pertama (1), kemungkinan virus tersebut berevolusi melalui seleksi alam pada sel inang hewan (dalam hal ini kelelawar) dan kemudian berpindah ke sel inang hewan lain (mungkin trenggiling). Kemudian, ketika manusia memakan trenggiling yang telah terinfeksi, virus tersebut masuk ke tubuh manusia dan ditularkan ke yang lain.

Atau, skenario kedua (1), versi non-patogen dari virus tersebut masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi hewan-hewan tadi dan kemudian mengalami evolusi pada populasi manusia yang terinfeksi menjadi virus yang lebih berbahaya. (Baca juga: bagaimana virus COVID-19 dideteksi pada tubuh manusia)

 

Referensi:

  1. Andersen, Kristian G., Andrew Rambaut, W. Ian Lipkin, Edward C. Holmes, and Robert F. Garry. “The proximal origin of SARS-CoV-2.” Nature Medicine (2020): 1-3.
  2. Zhou, Peng, Xing-Lou Yang, Xian-Guang Wang, Ben Hu, Lei Zhang, Wei Zhang, Hao-Rui Si et al. “A pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin.” Nature (2020): 1-4.
  3. Lin, Shen, Heng Zhang, Chen-Fei Rao, Si-Peng Chen, Shu-Bin Qiao, Hong-Bing Yan, Ke-Fei Dou et al. “Assessing the association of appropriateness of coronary revascularization and 1-year clinical outcomes for patients with stable coronary artery disease in China.” Chinese medical journal 133, no. 1 (2020): 1.
  4. Lam, T.T., Shum, M.H., Zhu, H. et al. Identifying SARS-CoV-2 related coronaviruses in Malayan pangolins. Nature (2020). https://doi.org/10.1038/s41586-020-2169-0
Exit mobile version