Site icon SainsPop

Ular Pohon Cokelat Boiga irregularis Bukan Sembarang Ular, Kenapa?

Ular pohon coklat

Oleh Pavel Kirillov dari St.Petersburg, Russia - Brown tree snake (Boiga irregularis), CC BY-SA 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=46853510

Pasca Perang Dunia II, tak ada yang sadar jika sebuah kapal perang dari Papua Nugini menuju Guam membawa ‘penumpang gelap’. Jenis ular asli dari Papua Nugini ini, yang juga ditemukan di Australia dan Indonesia, terbawa secara tidak sengaja ke Guam dan berujung malapetaka ekologis di sana [1]. Ular berbisa ini berwarna coklat dan kebanyakan aktivitasnya di pohon (arboreal) sehingga dinamakan Ular Pohon Cokelat. Bernama ilmiah Boiga irregularis, ular ini menjadi spesies invasif di Guam, sebuah negara pulau di Samudra Pasifik yang memiliki kepadatan Ular Pohon Cokelat sangat tinggi, 2.000 ular/km² [2]. Artinya, pada tiap satu  lapangan sepakbola, terdapat 200 ekor ular. Ngeri!

Dampak Negatif

Ketiadaan predator ular di Guam menjadikan Ular Pohon Cokelat sebagai predator puncak. Ditambah melimpahnya mangsa seperti burung dan kadal, membuat populasinya semakin lama semakin tak terkendali. Bencana ekologis pun terjadi, 13 dari 22 jenis burung, beberapa jenis kelelawar dan kadal asli Guam terancam punah akibat over populasi ular ini [1]. Hal ini tentunya secara perlahan akan berdampak negatif ke ekosistem secara keseluruhan karena ketiadaan penyebar biji, polinator, dan pengendali populasi serangga [1].

Dua jenis burung asli Guam berikut menjadi bukti Ular Pohon Cokelat bukanlah sembarang ular. Cekakak Guam Todiramphus cinnamominus dan Mandar Guam Hypotaenidia owstoni berstatus punah di alam liar atau Extinct in The Wild menurut IUCN Redlist akibat predasi Ular Pohon Cokelat. Beruntungnya, sebelum benar-benar punah, kedua jenis hewan ini masih bisa ditangkarkan oleh Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Amerika Serikat [3]. Mandar Guam bahkan bisa dikembalikan ke alam dan statusnya membaik menjadi Critically Endangered [3]. Dari yang populasinya 0 (nol) di alam kemudian bisa diselamatkan sebanyak 22 individu untuk ditangkarkan baru bisa dilepaskan kembali ke alam dengan perkiraan populasi liar sekarang sebanyak 1-49 individu dewasa di Cocos, ujung paling selatan Guam [4].

Tidak berhenti hanya kepunahan jenis-jenis satwa asli Guam, Ular Pohon Cokelat juga berdampak negatif terhadap sosial-ekonomi [1]. Overpopulasi ular ini sering menyebabkan gangguan instalasi listrik di Guam. Ekonomi Guam bergantung kepada wisatawan Asia sehingga kehadiran ular yang begitu banyak mengurai pesona pariwisata. Ongkos pengiriman barang dari Guam jadi lebih mahal karena harus dikenakan biaya pemeriksaan menghindari adanya ular terbawa keluar. Ongkos ini berdampak langsung terhadap keseluruhan kegiatan ekonomi di Guam.

Upaya Kontrol

Upaya kontrol populasi Ular Pohon Cokelat dilakukan dengan pelbagai cara mulai dari cara kimiawi, fisik, dan biologi [5]. Kontrol secara kimiawi dilakukan dengan penggunaan racun (fumigasi) yang bisa langsung membunuh ular, metil bromida dan magnesium fospat [5]. Ada juga cara kreatif yang dilakukan, seperti dengan membuat tikus beku dilapisi racun acetaminophen dengan dosis tinggi sebagai mangsa ular dapat menyebabkan gagal hati [6]. Perangkap-perangkap fisik juga digunakan untuk menangkap ular untuk mengurangi populasinya. Cara paling efektif dan efisien adalah menggunakan kontrol biologi dengan mendatangkan musuh alami ular. Ular Stegonotus cucullatus bisa didatangkan karena memiliki kebiasaan memakan telur ular lain yang diperkirakan memiliki efek bahaya tidak terlalu besar dibanding mendatangkan predator ular seperti King Cobra Ophiophagus hannah [1]. Selain itu, bisa menggunakan parasit alami yang bisa membuat penyakit pada Ular Pohon Cokelat namun belum ditemukan yang efektif mengurangi populasi ular. Walaupun demikian, kontrol biologi untuk Ular Pohon Cokelat ini menurut otoritas di sana yaitu USDA National Wildlife Research Center mengatakan belum ada yang efektif [4].

Referensi

  1. Rodda, G. H. & J. A. Savidge. (2007). Biology and Impacts of Pacific Island Invasive Species. 2. Boiga irregularis, the Brown Tree Snake (Reptilia: Colubridae). Pacific Science, 307-324.
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Guam
  3. Trask, A., S. Canessa, A. Moehrenschlager, S. Newland, S. Medina, J. Ewen. (2020). Extinct-in-the-wild species’ last stand. Sciences, 369(6503): 516.
  4. BirdLife International. 2019. Hypotaenidia owstoni. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T22692441A156506469. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-3.RLTS.T22692441A156506469.en
  5. Clark, Larry; Clark, Craig S.; and Siers, Shane, “Brown Tree Snakes Methods and Approaches for Control” (2018). USDA National Wildlife Research Center-Staff Publications. 2032.
  6. https://news.mongabay.com/2010/11/pemerintah-a-s-bom-guam-dengan-tikus-beku-untuk-bunuh-ular/

 

Exit mobile version