Site icon SainsPop

Jembatan Penyeberangan untuk Hewan, Buat Apa?

Wildlife crossing di Banff, Kanada. Gambar oleh Coolcaesar dari Wikimedia Commons

Kita banyak sekali membangun jalan tol yang menghubungkan kota dan desa. Tapi, bagi satwa liar, jalan tol malah memisahkan mereka. Banyak jalan tol yang dibangun membelah hutan atau alam liar lainnya. Akibatnya, ruang gerak satwa liar menjadi lebih kecil dan membuat populasi satwa liar bisa berkurang, karena lebih sulit untuk berkembang biak dan mencari makanan. Selain itu, gara-gara jalan tol, banyak sekali satwa liar yang mati tertabrak saat menyeberang jalan tol. 

Bukan cuma membunuh hewan liar, kecelakaan kendaraan dengan satwa liar juga bisa membunuh manusia. Menurut National Highway Traffic Safety Administration, di Amerika Serikat setiap tahunnya, terdapat setidaknya satu juta kejadian kecelakaan mobil dengan hewan liar. Dan, sebanyak 200 orang meninggal akibat kecelakaan tersebut setiap tahunnya.

Dan, masalah lainnya adalah banyak hewan yang mati tertabrak adalah hewan-hewan yang sangat langka. Di Amerika Serikat sendiri, terdapat 21 spesies terancam punah yang sering menjadi korban kecelakaan mobil. Di Singapura, hewan-hewan terancam punah yang sering menjadi korban kecelakaan mobil adalah trenggiling (Manis javanica). Bahkan, pernah ada kasus seekor rusa sambar (Rusa unicolor), yang hanya tersisa sekitar 20 ekor di Singapura, mati tertabrak.

Untuk mengatasi masalah ini banyak negara yang membangun jembatan penyeberangan untuk satwa liar atau yang biasa disebut wildlife crossing, wildlife bridge, atau eco-bridge. Sama seperti jembatan penyeberangan untuk manusia, wildlife crossing bertujuan untuk menyeberangkan hewan liar dengan selamat dari dua hutan yang terbelah. Bedanya, jembatan untuk hewan liar ditutupi dengan tanah dan tumbuhan.

Kesulitan yang dihadapi

Gambar oleh Dan Meyers dari Unsplash

Walau kedengarannya mudah, ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk membangun wildlife crossing. Berdasarkan jurnal ilmiah yang berjudul “Crossings construction as a method of animal conservation”, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar satwa liar mau menggunakan jembatan penyeberangan.

Pertama, tanaman yang ditanam di jembatan haruslah tanaman yang disukai oleh hewan yang akan menggunakan jembatan. Ketinggian jembatan juga tidak boleh melengkung lebih tinggi 1 meter dari area sekitar agar hewan bisa melihat wilayah di seberang.

Panjang, lebar, dan tinggi jembatan juga harus disesuaikan dengan hewannya. Tony Clevenger, seorang ahli biologi dari WTI, mengatakan, di Amerika Serikat, beruang grizzly (Ursus arctos horribilis), dan rusa Amerika Utara (Alces americanus) lebih memilih jalur yang besar dan terbuka, sedangkan puma (Puma concolor) dan beruang hitam (Ursus americanus) lebih memilih jalur yang lebih tertutup dan menyempit. Oleh karenanya, jembatan penyeberangan di desain hanya untuk spesies atau jenis kelamin tertentu. Dan, masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan untuk membangun wildlife crossing.

Dampak positif yang dihasilkan

Gambar oleh Jnzl dari Flickr

Walaupun pembangunan jembatan penyeberangan cukup rumit, tapi banyak sekali dampak positif yang dihasilkan. Di Singapura, misalnya, wildlife crossing yang mereka namai eco-link berhasil mengurangi kasus trenggiling yang mati tertabrak dari dua kasus menjadi nol kasus setiap tahunnya. Dengan eco-link, satwa langka mulai sering ditemukan karena mereka lebih mudah untuk berkembang biak dan mencari makan. Bukan hanya hewan, jembatan ini juga menyelamatkan tumbuhan langka dari kepunahan. Contohnya, tumbuhan durian Singapura (Durio singaporensis) dan palem asli Singapura (Rhapaloblaste singaporensis) yang penyebarannya dibantu oleh pergerakan hewan-hewan lewat eco-link.

Dari sisi manusia, jumlah pengendara yang meninggal akibat menabrak hewan berkurang drastis. Menurut Rob Ament, manager ekologi di WTI, pembangunan jalur penyeberangan untuk hewan dan pagar dapat mengurangi 80 sampai 95 persen kasus kecelakaan mobil dengan hewan liar. Selain itu, jembatan penyeberangan dapat menghemat biaya kecelakaan yang sangat mahal. Di Amerika Serikat, rata-rata kasus tabrakan mobil dengan rusa Amerika Utara (moose) dapat memakan biaya sebanyak $25.319 (sekitar 375 juta rupiah). Jembatan penyeberangan untuk satwa liar di Banff, Kanada terbukti dapat menghemat biaya akibat kecelakaan sebanyak 90%.

Jadi, dengan banyaknya pembangunan jalan di Indonesia, menurut kalian, apakah jembatan penyeberangan untuk satwa liat perlu dibangun juga di Indonesia?

Referensi:

  1. Beben, D., “Crossings Construction as a Method of Animal Conservation”, Transportation Research Procedia, vol.  14, pp  474-483, 2016.
  2. Huijser, M. P., et al., “Cost-Benefit Analyses of Mitigation Measures Aimed at Reducing Collisions with Large Ungulates in the United States and Canada: a Decision Support Tool,” Ecology and Society, vol. 14, no. 2, 2009.
  3. Wang, J., “Re-Imagining Urban Movement in Singapore: At the Intersection Between a Nature Reserve, an Underground Railway and an Eco-Bridge”, Cultural Studies Review, vol. 25, no. 2, 2019.
  4. https://www.nationalgeographic.com/animals/2019/04/wildlife-overpasses-underpasses-make-animals-people-safer/
  5. https://news.mongabay.com/2017/07/how-effective-are-wildlife-corridors-like-singapores-eco-link/
  6. https://www.nparks.gov.sg/nparksbuzz/issue-20-vol-1-2014/conservation/eco-link-bke–reconnecting-our-biodiversity
Exit mobile version