Site icon SainsPop

Deteksi COVID-19 pakai anjing?

Ternyata, indera penciuman anjing itu keren banget. Gak hanya bisa digunakan untuk mengendus pelaku kejahatan dan narkoba, anjing juga bisa mendeteksi seseorang yang terinfeksi COVID-19.

Buktinya?

Bukti konsep kemampuan anjing ini telah dilakukan di Perancis dan Lebanon serta dipublikasikan di jurnal Plos One [1]. Mereka melatih 6 anjing pendeteksi untuk mengenali aroma keringat pasien yang telah terjangkit penyakit COVID-19. 

Hasilnya, dalam waktu kurang dari sehari, anjing-anjing tersebut telah menghafal bau tersebut. Dalam seminggu, mereka terlatih untuk mendeteksi dengan benar sampel keringat mana yang berasal dari pasien COVID-19 simtomatik dan mana yang bukan. Pada uji coba terakhir, beberapa anjing memiliki tingkat kesuksesan sebesar 76% dalam pendeteksian dan anjing sisanya sebesar 100% [1].

Walaupun ini masih merupakan hasil riset permulaan, tapi secara umum ini merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa anjing terlatih mungkin bisa digunakan sebagai pendeteksi COVID-19 secara cepat, murah, dan dapat diandalkan [1]. Tentu saja, studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan hipotesis ini.

Sebelum konsep ini diuji dan dipublikasikan, ternyata beberapa negara telah melatih anjing untuk deteksi COVID-19 seperti Chili, Argentina, Brazil, Australia, dan Belgia [2]. Di Finlandia, anjing terlatih ini dipakai di bandara udara Helsinki untuk mendeteksi COVID-19 dengan akurasi hampir 100 persen [3].

Gimana caranya anjing mendeteksi COVID-19?

Belum diketahui secara pasti bagaimana anjing bisa mengenali bau keringat pasien yang terkena COVID-19. Salah satu hipotesis menyebutkan ini terjadi karena ketika virus penyebab penyakit ini menginfeksi sel-sel manusia, terjadi pemecahan molekul-molekul tertentu  yang kemudian menghasilkan senyawa organik volatil (yang mudah menguap) tertentu dan dikeluarkan melalui keringat, hembusan nafas, air mata, urin, air liur, dan feses [4]. Nah senyawa organik inilah yang dicium baunya oleh anjing-anjing pendeteksi.

Tahu dari mana kalo virus/bakteri bisa membuat seorang pasien memiliki aroma keringat yang khas?

Jawabannya berdasarkan hasil penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya. Contohnya, sebuah penelitian yang dilakukan untuk menganalisis senyawa organik volatil dari kultur 5 virus (influenza A, influenza B, adenovirus, respiratory syncytial virus, dan parainfluenza 1 virus) dan 4 kultur bakteri (Moraxella catarrhalis, Haemophilus influenza, Legionella pneumophila, and Mycoplasma pneumoniae) mengidentifikasi 12 senyawa organik volatil khas yang dihasilkan virus dan 6 senyawa organik yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri [5]. Mereka juga menemukan dua senyawa organik yang membedakan infeksi yang diakibatkan oleh virus dan bakteri.

Penelitian lain mencoba menganalisis senyawa organik volatil yang dihasilkan oleh keringat seseorang setelah divaksin influenza H1N1 [6]. Hasilnya, setelah 7 hari, nafas yang dihembuskan orang tersebut mengalami peningkatan jumlah senyawa organik volatil tertentu.

Kesimpulannya…

Kesimpulannya, walaupun masih perlu dibuktikan lebih lanjut, kemungkinan, senyawa organik volatil inilah yang menjadikan keringat seseorang yang terjangkit COVID-19 memiliki bau yang berbeda dari orang sehat sehingga dapat dideteksi oleh anjing.

Oya, ingin tahu cara deteksi covid-19 yang biasa dilakukan? Baca artikelnya di sini ya! Metode alternatif lainnya bisa dibaca di sini!

Referensi:

[1] D. Grandjean et al., “Can the detection dog alert on COVID-19 positive persons by sniffing axillary sweat samples? A proof-of-concept study,” PLOS ONE, vol. 15, no. 12, p. e0243122, Dec. 2020, doi: 10.1371/journal.pone.0243122.

[2] A.-L. Chaber and S. Hazel, “These dogs are trained to sniff out the coronavirus. Most have a 100% success rate,” The Conversation. http://theconversation.com/these-dogs-are-trained-to-sniff-out-the-coronavirus-most-have-a-100-success-rate-143756 (accessed Dec. 16, 2020).

[3] “Finland’s Covid sniffer dog trial ‘extremely positive’: researchers.” https://medicalxpress.com/news/2020-10-finland-covid-sniffer-dog-trial.html (accessed Dec. 16, 2020).

[4] C. Angle, L. P. Waggoner, A. Ferrando, P. Haney, and T. Passler, “Canine Detection of the Volatilome: A Review of Implications for Pathogen and Disease Detection,” Front. Vet. Sci., vol. 3, 2016, doi: 10.3389/fvets.2016.00047.

[5] A. A. E. Qader et al., “Volatile organic compounds generated by cultures of bacteria and viruses associated with respiratory infections,” Biomed. Chromatogr., vol. 29, no. 12, pp. 1783–1790, 2015, doi: https://doi.org/10.1002/bmc.3494.

[6] A. Mashir et al., “Effect of the influenza A (H1N1) live attenuated intranasal vaccine on nitric oxide (FE NO ) and other volatiles in exhaled breath,” J. Breath Res., vol. 5, no. 3, p. 037107, Jul. 2011, doi: 10.1088/1752-7155/5/3/037107.

Exit mobile version