Kopi dan teh adalah dua minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia. Kopi mengandung kafein yang kaya akan antioksidan dan senyawa bioaktif lainnya [1]. Begitu juga dengan teh. Selain mengandung kafein, teh juga mengandung polifenol katekin, dan flavonoid yang memiliki fungsi neuroprotektif, seperti stres antioksidan, antiinflamasi, penghambatan agregasi beta-amiloid, dan efek antiapoptosis [2].
Menariknya, berdasarkan penelitian terbaru, konsumsi teh dan kopi berpotensi menurunkan risiko stroke dan demensia [3]. Secara global, stroke menyebabkan 10% kematian. Sementara demensia (penyakit penurunan daya ingat dan cara berpikir) diperkirakan akan diderita oleh 130 juta orang pada tahun 2050.
Pada penelitian baru ini, sebanyak 365.000 orang yang terlibat dalam studi Biobank Inggris berusia antara 50 dan 74 tahun didata selama lebih dari satu dekade. Pada awalnya, para peserta melaporkan sendiri berapa banyak kopi dan teh yang mereka konsumsi per harinya. Selama periode penelitian ini, 5.079 orang di antaranya mengalami demensia dan 10.053 orang mengalami setidaknya sekali stroke.
Peneliti menemukan bahwa orang yang mengkonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi atau tiga hingga lima cangkir teh per hari, atau kombinasi dari empat hingga enam cangkir kopi dan teh, memiliki risiko terkena stroke atau demensia paling rendah.
Orang yang minum dua hingga tiga cangkir kopi dan dua hingga tiga cangkir teh setiap harinya memiliki risiko terkena stroke 32% lebih rendah dari yang tidak. Selain itu, mereka juga memiliki risiko demensia sebanyak 28% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak minum teh atau kopi. Peneliti juga menyebutkan bahwa minum kopi saja atau dikombinasikan dengan teh juga berkaitan dengan risiko demensia pasca-stroke yang lebih rendah.
Walaupun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sepenuhnya memahami hubungan biologis peran teh dan kopi terhadap penurunan risiko terkena stroke dan demensia. Ini karena, risiko terkena demensia bergantung pada interaksi kompleks antara faktor usia, genetika, dan gaya hidup. Oleh karenanya, memahami aspek gaya hidup mana yang memiliki efek terbesar pada kesehatan otak adalah kunci utama untuk mendapatkan kehidupan hari tua yang berkualitas.
Referensi:
[1] Freedman ND, Park Y, Abnet CC, Hollenbeck AR, Sinha R. Association of coffee drinking with total and cause-specific mortality. N Engl J Med 2012;366(20):1891–904. Epub 2012/05/18. pmid:22591295; PubMed Central PMCID: PMC3439152.
[2] Braidy N, Jugder BE, Poljak A, Jayasena T, Mansour H, Nabavi SM, et al. Resveratrol as a Potential Therapeutic Candidate for the Treatment and Management of Alzheimer’s Disease. Curr Top Med Chem 2016;16(17):1951–60. Epub 2016/02/05. pmid:26845555.
[3] Zhang Y, Yang H, Li S, Li W-d, Wang Y (2021) Consumption of coffee and tea and risk of developing stroke, dementia, and poststroke dementia: A cohort study in the UK Biobank. PLoS Med 18(11): e1003830. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1003830
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu
2 Comments
awesome
Bagaimana unduh artikel bentuk pdf di sainpop ini? Terima kasih.