CVD (Color Vision Deficiency), disebut juga dengan buta warna, adalah suatu kelainan pada mata dalam melihat warna objek. Pada setiap mata manusia terdapat fotoreseptor atau disebut juga dengan cones (bentuknya seperti kerucut). Cones bersifat sensitif terhadap panjang gelombang berukuran medium dan besar. Yang paling sering terjadi pada buta warna adalah penurunan kemampuan mata terhadap merespon warna merah dan hijau.
Buta warna ada tiga jenis, yaitu: anomalous trichromacy (kelainan pada 3 cones), dichromacy (kelainan pada 2 cones), dan monochromacy (kelainan pada 1 cone saja).[2] Ketiga-tiganya mempengaruhi tiga pigmen di dalam mata. Pigmen tersebut mengindikasikan maksimum penerimaan panjang gelombang warna pada mata. Warna-warna tersebut tereduksi ketika masuk ke mata sehingga penderita buta warna sulit melihat dengan warna sesungguhnya. Data menunjukkan, buta warna dialami oleh 8% pria kaukasia dan 0.4% wanita.[3]
Berbagai usaha telah dilakukan oleh banyak ilmuwan dan ahli kesehatan. Salah satunya menggunakan terapi gen yang dilakukan oleh Alexander dkk. Ia melakukan percobaan ini kepada tikus yang menderita achromatopsia (kehilangan sebagian dan keseluruhan warna pada penglihatannya) dengan memodifikasi rentetan DNA tertentu pada sel-selnya. Terapi ini terbukti berhasil pada tikus dan diprediksi dapat menyembuhkan beberapa jenis buta warna terhadap manusia .[5]
Saat ini, kaca mata ini adalah produk utama komersil kaca mata buta warna oleh Enchroma. Produk ini kali pertama rilis tahun 2012. Kaca mata ini menggunakan multi filter untuk menghilangkan tumpang-tindih warna merah dan hijau di daerah spektrum optik. Lensa kacamata didesain menggunakan lapisan bahan dielektrik dengan ketebalan dalam kisaran nanometer.[3] Lensa tersebut dapat menyerap panjang gelombang yang ukurannya lebih kecil supaya pengguna dapat membedakan bayangan warna merah dan hijau. [1]
Gomez-Robledo menguji keefektifan kacamata Enchroma dengan menghadirkan 48 penderita buta warna. Mereka menguji tiap pasien untuk memakai kaca mata tersebut dan hasilnya diukur oleh alat yang bernama Fansworth-Munsell Hue 100. Alat ini menguji warna yang dianggap mengalami defisiensi pada pasien penderita buta warna. Setelah diuji, hasilnya tidak sesuai seperti yang diklaim. Penderita buta warna deuteronomali dan deuteronopia tidak dapat menyebutkan nama warna dengan tepat. Namun, hanya satu pasien perempuan deuteronomali yang menunjukkan perkembangan dalam melihat warna dengan tepat. Kacamata Enchroma hanya dapat mengubah daya tanggap dari sifat-sifat warna, namun tidak bisa meningkatkan angka tes warna dengan tepat. [6]
Optoelektronik artinya konversi energi listrik menjadi cahaya dan mengkonversi cahaya menjadi energi listrik [7]. Aplikasi dari keilmuan ini diterapkan dalam optik atau kacamata, khususnya kacamata optoelektronik ini. Salah satu perusahaan yang memproduksi alat tersebut adalah Google [1]. Produknya bernama Omnicular. Kaca mata ini termasuk smart glasses karena alat ini memiliki fungsi sebagai smartphone dan laptop. Fitur-fitur pendukungnya antara lain CPU, kamera, mikrofon, unit tampilan, dan layar sentuh. Konsumen dapat memilih jenis defisiensi warna yang dideritanya, kemudian aplikasi pada smart glass akan memproses dan menangkap gambar dengan warna nyata. Aplikasi tersebut memanfaatkan algoritma daltonisasi yaitu algoritma yang menggunakan garis keliru/confusion untuk mengimbangi buta warna. Caranya dengan menggeser warna yang tidak sesuai menjadi warna sebenarnya.[1] Selain Google, perusahaan Epson juga memproduksi smart glass jenis ini [1].
Dari dua peranan optik terhadap penderita buta warna di atas, ada alat lain berupa lensa warna dan fitur smartphone. Keduanya dapat digunakan untuk membantu penglihatan menjadi normal.
—————————————————————————–
Referensi :
[1] Ahmed E. S., et. al., Ophthalmic Wearable Devices for Color Blindness Management, (2020), Advanced Materials Technologies 1901134, pg. 5
[2] Olivier B., Sanjana P., and Frans S., Citizen science with colour blindness : A case study on the Forel-Ule scale, (2021), Plos One Collection
[3] Douglas R. K., A review of Color Blindness for Microscopists : Guidelines and Tools for Accommodating and Coping with Color Vision Deficiency, (2015), Microsc. Microanal. 21, 279-289.
[4] MANCUSO, K., HAUSWIRTH, W.W., LI, Q., CONNOR, T.B., KUCHENBECKER, J.A., MAUCK, M.C., NEITZ, J. & NEITZ, M. (2009). Gene therapy for red-green color blindness in adult primates. Nature 461, 784–787.
[5] Frans C., Is adding a new class of cones to the retina sufficient to cure color-blindness?, (2015), Journal of Vision 15 (13) : 22, pg. 1-7.
[6] L. Gomez-Robledo, et.al., Do EnChroma glasses improve color vision ?, (2018), Optics Express Vol. 26 (22).
for colorblind subjects?
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu