Wabah COVID-19 tak hanya membuat langka masker tapi juga suplemen. Beberapa merek dagang yang terkenal bahkan sampai susah dicari. Tingginya permintaan suplemen ini bisa menunjukkan beberapa kemungkinan. Pertama, orang-orang yang biasanya jarang minum multivitamin sekarang rajin minum demi menjaga daya tahan tubuh. Kemungkinan kedua, ada sebagian orang yang minum secara berlebihan.
Memang efek buruk overdosis vitamin tidak separah obat golongan lain. Meski demikian, overdosis tetaplah overdosis, harus dihindari. Apalagi jika nanti wabah ini berlangsung selama berbulan-bulan. Kemungkinan overdosis kronis jadi lebih tinggi.
Yang sering terjadi adalah overdosis vitamin C karena banyak produk mengandung vitamin ini sampai 1.000 mg sekali minum. Padahal 100 mg saja sebetulnya sudah mencukupi kebutuhan harian. Untungnya vitamin C larut air sehingga sisanya mudah dibuang dari tubuh bersama urine (air kencing). Pendukung “vitamin C mania” biasanya menjadikan fakta ini sebagai argumen: berlebihan tidak apa-apa, toh akan dibuang. Padahal fakta ini harusnya dibaca terbalik: buat apa berlebihan, toh akan dibuang.
Pada sebagian orang, vitamin C dosis tinggi (1.000 mg/hari atau lebih) bisa meningkatkan risiko batu ginjal dan gangguan saluran cerna.(1) Jadi yang paling aman adalah minum sesuai kebutuhan saja. Untuk konsumsi harian, cukup suplemen dengan vitamin C di bawah 200 mg. Sesekali minum 500 mg atau 1.000 mg sehari tidak masalah. Tapi tidak setiap hari berbulan-bulan selama wabah.
Hal yang sama juga berlaku untuk vitamin B. Vitamin ini juga larut air dan mudah dibuang bersama air seni. Di kemasan suplemen, vitamin B kadang ditulis dengan nama lain. Tiamin (B-1), riboflavin (B-2), niacin (B-3), asam pantotenat (B-5), piridoksin (B-6), biotin (B-7), asam folat (B-9), kobalamin (B-12). Gabungan vitamin B punya efek menyegarkan badan. (2) Begitu konsumsinya dihentikan, kita akan merasa seperti kekurangan vitamin, badan kurang segar. Seperti orang yang setiap hari minum kopi lantas tiba-tiba puasa kopi. Walaupun tidak berbahaya, tetap saja ini harus kita hindari.
Vitamin yang tidak larut air seperti A, D, dan E ceritanya lain lagi. Karena tidak larut air, vitamin-vitamin ini tidak bisa dikeluarkan bersama air kemih. Kalau berlebihan, sisanya akan disimpan di dalam tubuh seperti hati dan jaringan lemak. Kalau sisanya sedikit, ia jadi cadangan yang berguna. Kalau sisanya terlalu banyak, efeknya malah toksik. Sebagai contoh, overdosis vitamin A bisa menyebabkan pembengkakan hati, overdosis vitamin D bisa menyebabkan gangguan irama jantung, overdosis vitamin E bisa menyebabkan otot lemah.(3).
Minum suplemen memang bisa meningkatkan daya tahan tubuh tapi tidak mencegah kita dari tertular virus. Daya tahan yang baik hanya membuat tubuh lebih kuat melawan virus. Jika kita terinfeksi, tubuh cepat memproduksi antibodi sehingga kita bisa sembuh dan gejalanya tidak parah. Tapi selama masa infeksi itu, walaupun tidak ada gejala sakit, kita tetap bisa menularkan virus ke orang lain. (4) Jadi fungsi utama minum suplemen adalah kesehatan individu, bukan kesehatan masyarakat. Kalau minum suplemen lantas membuat kita merasa aman dari virus lantas tidak mau #DiRumahAja, itu justru berbahaya sebab meningkatkan risiko penularan virus.
Daripada minum suplemen, sebetulnya lebih sehat mendapatkan vitamin dari makanan sehari-hari terutama buah dan sayur aneka warna. Buah dan sayur tidak hanya memberi kita vitamin tapi juga mineral, serat, dan antioksidan yang tidak bisa kita dapatkan dari suplemen. Makan buah utuh tidak akan menyebabkan overdosis vitamin karena ada batas alami berupa rasa kenyang.(Baca disini: manfaat buah kurma untuk kesehatan)
Jangan lupa pula bahwa asupan vitamin hanya salah satu faktor daya tahan tubuh. Faktor lain tidak boleh dilupakan. Gizi cukup, istirahat cukup, olahraga ringan, mengelola stres, menikmati matahari pagi, masing-masing memiliki bobot yang sama dengan minum suplemen. (5) Alhasil, selama wabah ini kita tidak perlu memborong suplemen multivitamin sebab ada makanan bergizi. Sebagaimana kita tak perlu memborong masker medis sebab ada masker kain.
dan dapatkan konten-konten menarik tentang sains dan teknologi langsung di inbox email kamu